100 Hari Pacaran Dengan Makhluk Tak Kasat Mata

22 Juli 2021 23:10

GenPI.co - Pertemuanku dengan Barok memang terbilang sedikit aneh. Saat itu aku tersesat di kampung sebelah saat pulang dari pabrik tempat aku bekerja. Memang aku tak lewat jalan biasanya karena sedang ditutup orang hajatan

Maksud hati ingin mencari jalan pintas, tapi malah kesasar. Tanpa aku sadari, aku sudah melewati jalan yang sama tiga kali dan akhirnya aku berhenti di depan pohon beringin. Hari mulai gelap dan aku mencoba membuka ponsel untuk mencari jalan melalui GPS. 

Sialnya, sinyal yang tertangkap di ponsel pintarku kurang bagus sehingga navigasinya hanya berputar-putar dan tidak jalan. Aku pun mencoba bertanya kepada warga setempat dan aku bertemu Barok. 

BACA JUGA:  Aku Kaget, Mantan Pacarku Kini Jadi Janda Muda, Oh…

Pertama kali melihatnya aku langsung terkesima dengan ketampanannya. Dengan sopan aku bertanya jalan menuju kampungku, tetapi Barok malah menawarkan bantuan untuk mengantarku. 

Mulai dari situlah aku mengenalnya, saling kontak, dan pacaran. Barok merupakan pemuda yang santun dan baik hati. Itulah sebabnya, orang tuaku suka padanya dan memintanya untuk melamarku, walaupun kami belum lama pacarana.

BACA JUGA:  Keluar 4 Kali dengan Janda Muda, Aku Kewalahan

Barok pun berjanji padauk ingin mengenalkanku kepada kedua orang tuanya. Dia mengaku cinta kepadaku dan ingin menikahiku. Namun, entah kenapa aku merasa ada yang aneh dengannya. 

Selama hampir tiga bulan pacaran, dia tak pernah cerita tentang keluarga dan teman-temannya. Aku pikir mungkin dia belum siap. Ketika ditanya, dia selalu punya alasan lain.

“Nanti kalau sudah waktunya pasti tahu,” katanya.

Setelah tiga bulan pacarana aku mencoba mencari tahu sendiri asal-usulnya. Aku pun datang ke rumahnya usai pulang dari pabrik setelah sift malam. Aku yakin Barok pasti tidak ada di rumah karena dia harus kerja. 

Namun, setelah tanya sana-sini, aku tidak menemukan alamat rumah Barok. Aku lelah dan mampir ke sebuah warung. Ternyata aku mendapatkan fakta yang mengejutkan. Aku mencoba tanya kepada ibu penjaga warung dan menunjukkan foto Barok. 

“Ohh, Mubarok? Maaf mbak siapanya? Kalau yang foto sama mbak ini sudah meninggal mbak, sudah 100 harinya,” kata si ibu penjaga warung. 

“Meninggal gimana? Orang tiga bulan lalu saya ketemu dia di dekat pohon beringin di ujung jalan itu, kok, terus kami dekat dan pacarana,” jawabku. 

Si ibu penjaga warung pun menjelaskan, bahwa Barok sudah meninggal karena terjebur sumur di dekat pohon beringin itu. Barok sendiri bukan penduduk desa tersebut. Konon, sebelum dia meninggal dia sempat akan melamar anak pak lurah. 

Namun, anak pak lurah meninggal karena sakit. Sejak kepergian pacarnya, Barok sering melamun di pinggir sumur itu dan ditemukan warga tak bernyawa di dalam sumur. 

Mendengar cerita dari ibu warung, tubuhku langsung gemetar. Rasa takut pun menghampiri. Sejak fakta tersebut terungkap aku tak pernah lagi bertemu Barok, bahkan nomor telepon miliknya pun tidak aktif. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid Reporter: Mia Kamila

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co