Sebulan Putus, Aku Langsung Layani Pelanggan, Nikmatnya

10 Agustus 2021 15:30

GenPI.co - Suara kapal mendayu pertanda ingin meninggalkan pelabuhan. Ya, ungkapan ini cukup tepat sebagai pertanda hati yang sedih karena akan ditinggalkan.

Namaku Yeri. Aku ingin kembali mengingat masa sulit percintaanku dengan Tio hingga hubungan kami benar-benar selesai.

Pada akhir perjumpaan kami, aku berulang kali berkata kasar kepadanya karena terang-terangan selingkuh di depan mataku.

BACA JUGA:  Geger, Jenazah Wanita Berambut Panjang Terbungkus Kardus

"Apa kamu masih punya muka untuk bertemu denganku? Tahu diri, lah," ucapku.

"Sebenarnya, aku hanya ingin mengucapkan terima kasih untuk dua tahun bersama denganmu," jawabnya.

BACA JUGA:  Analisis Pengamat Soal Gatot Nurmantyo, Mohon Dibaca

Mendengar pernyataan itu, aku tidak bergeming lantaran sudah menelan pahit karena dia berkhianat.

Aku pun pergi meninggalkan Tio dengan perasaan sedih, tetapi juga merasa bahagia.

BACA JUGA:  Manuver Luhut Dibongkar, Seret Megawati

Sebab, aku merasa diselamatkan dari cinta yang buruk dengannya.

Sebulan mengakhiri kisah cinta, aku tidak merasa kesulitan dalam hal apa pun. Aku masih sibuk bekerja sebagai kasir di salah satu toko besar di Kota Bandung.

Aku bahkan tidak memikirkan soal percintaan hingga menikah, meski diriku saat ini berusia hampir 30 tahun.

Namun, aku hanya terpikir bagaimana kisah cinta dari mantan pacarku, Tio dan kekasih barunya.

"Apakah dia sudah menikah? Ah, aku juga tidak peduli, tapi tunggu. Mengapa aku memikirkan hal itu?" gumamku.

Saat sedang melamun, aku dikejutkan dengan suara seorang pria yang terdengar memanggilku.

"Mbak. Mbak. Saya mau bayar ini. Apa mbak tidak baik-baik saja?" ucap pelanggan pria di depanku.

"Hah. Iya, maaf karena harus menunggu sebentar karena mesinnya bermasalah," sahutku beralasan.

Setelah cukup mengulur waktu, aku lantas menyelesaikan pekerjan dan mengucapkan permintaan maaf kepada pria itu.

Meski mengenakan topi, aku melihat tampilan pria tersebut cukup tampan hingga sempat membuat jantungku berdegap kencang.

"Ini (air minum kemasan) buat mbak. Sepertinya, mbak butuh ini karena saya lihat tadi kurang fokus," ucap pria itu.

"Wah, terima kasih banyak, pak. Saya minta maaf jika tidak profesional dalam melayani," jawabku.

"Jika ada tambahan lagi, saya siap membantu," lanjutku.

Pria tersebut pun lantas meninggalkanku karena sudah cukup berbelanja.

Saat terlihat ingin keluar dari toko, pria itu tiba-tiba kembali menghampiriku dengan tatapan yang memesona.

"Mbak. Maaf sebelumnya, apakah saya boleh minta kontak? Nama saya Rio. Saya mungkin bisa menghubungi jika nanti ada sesuatu yang kurang," ujarnya.

Mendengar permintaan itu, aku pun dibuat terdiam dan seketika memberi nomor kontak pribadiku.

"Ini nomor saya, pak. Semoga saya bisa melayani lebih baik ketika Pak Rio berbelanja di sini nanti," sahutku.

Setelah pertemuan itu, Pak Rio pun kerap menghubungiku sebelum berbelanja agar bisa lebih cepat menghemat waktu.

Namun, siapa yang menyangka? Usai dua bulan bertemu, Pak Rio menyatakan keinginannya untuk menikah denganku.

Kami pun akhirnya menikah pada bulan selanjutnya, karena aku merasa sudah menemukan jodoh dengan cara yang tak terduga.

"Sungguh. Aku tak menyangka bisa terus melayani Rio, mantan pelanggan yang kini menjadi suamiku," pikirku. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Cahaya Reporter: Puji Langgeng

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co