GenPI.co - Namaku Mila. Aku dan David menikah dengan cara dijodohkan. David adalah anak sahabat papaku.
Dia bekerja di Amerika. Awalnya aku menolak perjodohan dengan David karena cintaku hanya untuk Hendri.
Namun, Hendri malah menyakiti hatiku. Dia selingkuh dengan Siska.
Hatiku hancur karena merasa dikhianati Hendri selama dua tahun.
Saat itu kakakku mulai membujukku menerima perjodohan dengan David.
“Kak, Hendri aja yang gue sayang selingkuh, mana bisa aku menerima orang yang gak aku sayang?” kataku kepada kakakku.
Namun, dia rupanya tidak menyerah menghibur dan membujukku. Pada akhirnya aku menyerah dan mau bertemu David.
Pertemuan itu berlangsung di sebuah restoran di Jakarta. Pertama kalinya aku bertemu David dan aku terpesona.
Aku baru tahu jika blasteran. Namun, aku mengelak karena egoku yang tak mau dijodohkan dengannya.
“Ganteng, kan?” kata kakakku.
“Biasa aja,” jawabku ketus.
Aku sempat ngobrol juga dengan David. Kami membicarakan hal yang paling dasar, seperti makanan favorit, musik favorit, dan lainnya.
Selama berinteraksi dengan David aku merasa senang karena dia sangat terbuka.
Namun, lagi-lagi aku menepis perasaan tersebut. Aku tetap menganggap dia tak asyik dan menyebalkan.
Usai pertemuan tersebut, orang tua kami mengatur rencana pernikahan. Meskipun hal itu terasa terlalu cepat, aku tidak bisa menyangkal apa yang sedang terjadi.
Perjodohan itu pun tetap terjadi. Aku resmi menjadi istri David. Rasanya gugup menjadi istri seseorang yang tidak aku kenal.
Bagaimana kalau kami tidur bareng? Tentu akan sangat canggung.
Malam pertama pun ingin aku lewatkan dengan tidur pulas tanpa harus begituan dengan suamiku.
Namun, ada tragedi menggelikan pada malam itu. Saat ingin berbaring di kasur, aku justru harus teriak karena melihat sesuatu yang aneh.
Setelah aku mendekat, ternyata ia bergerak dan berdiri. Aku teriak sekencang-kencangnya hingga membuat seluruh orang datang ke kamar kami.
“David!” papa mertua memanggil David dengan nada keras.
Tak lama David datang dengan santainya.
“Itu ular kamu lepas, istrimu sampai menjerit ketakutan,” kata papa mertua.
Dengan sigap, David pun menyingkirkan ular tersebut. Dia juga meminta maaf kepadaku dan semua orang.
David memang punya hobi memelihara reptile. Keesokan harinya, aku diajak ke sebuah ruangan yang berisi puluhan ular dan hewan melata lainnya.
“Maaf, ya. Ular kemarin memang sering lepas. Dia nggak bahaya, kok,” kata David. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News