Suami Tidak Kasih Kenikmatan, Aku Diberi Pisang Tetangga Tampan

02 September 2021 22:40

GenPI.co - Namaku Via. Aku dan Fajar telah menjadi suami istri sejak dua tahun terakhir karena perjodohan dari keluarga kami. 

Kisah rumah tangga kami cukup biasa-biasa saja, mungkin karena tidak ada rasa cinta sejak kali pertama bertemu. 

Aku bahkan jarang mendapat sesuatu yang seharusnya didapat ketika telah menjadi suami istri

BACA JUGA:  Suami Rutin Makan Jamur Tiram, Istri Tambah Sayang

"Mas, apa malam ini aku enggak dapat lagi?" ucapku. 

"Sepertinya, aku tidak bisa sekarang, Dek. Aku lagi lelah banget habis bekerja," sahutnya. 

BACA JUGA:  4 Cara Mantap Suami Memanjakan Dada Istri, Dijamin Klimaks Hebat

Belum sepuluh menit bicara, Fajar lantas meninggalkanku tidur begitu saja. 

"Aku belum bilang mau apa, eh, sudah tidur saja. Dasar suami tak bertanggung jawab," gumamku. 

BACA JUGA:  Tips Atasi Suami yang Ketularan Selingkuh, Istri Simak Nomor 3

Aku yang merasa kesal pun pergi meninggalkan kamar dan mencari udara segar di luar rumah. 

Meski sudah tengah malam, kawasan rumah kami cukup ramai lantaran berada di tengah kota. 

Saat asyik menikmati udara malam, aku dikejutkan dengan kedatangan Roni, tetangga baru di sebelah rumah. 

"Mbak, kok, di luar malam-malam begini? Apa tidak dingin?" sapa Roni. 

"Eh, ada Mas Roni. Enggak dingin, mas. Kan, aku pakai jaket, nih. Mas Roni dari mana mau ke mana? Kok, kelihatannya lagi buru-buru," jawabku. 

"Iya mbak. Aku lagi mau beli obat, nih. Perut rasanya sakit banget," jelas Roni. 

Entah mengapa, saat mendengar ucapan Roni, hatiku bergetar untuk membantunya. 

Aku lantas menawarkan diri untuk menemaninya beli obat di apotek.

"Apa nggak apa-apa, Mbak? Suami mbak bagaimana nanti?" ucap Roni malu-malu. 

"Suami saya sudah tidur, kok. Jadi, enggak masalah kalau cuma menantar kamu beli obat. Kasihan juga, kamu tinggal sendiri juga, kan," sahutku. 

Kami berdua pun akhirnya berangkat naik mobil yang telah disiapkan Roni sedari tadi menyala. 

Dalam perjalanan pulang lagi, aku melihat pisang bakar kesukaanku di depan gang. 

"Wah, pisang bakar masih buka jam segini," ucapku lirih. 

"Mbak mau pisang bakar? Kita beli dulu bagaimana? Sekalian sebagai imbalan karena Mbak sudah menemani beli obat," kata Roni. 

"Eh, enggak usah repot-repot. Aku nanti bisa beli sendiri, kok," sahutku. 

"Sudah, Mbak tunggu saja di mobil, ya," jawab Roni. 

Tetangga tampan di sebelah rumahku itu pun akhirnya beli dua pisang bakar. 

Menurutnya, satu untuk makan di jalan pulang dan yang lain untuk di rumah. 

"Aduh, enak banget pisang bakar ini. Kelihatan gosong, tapi tetap enak. Punya kamu apa seenak ini?" ujarku usai menyantap satu pisang bakar. 

"Iya mbak, enak banget, ya, ternyata. Punyaku juga enak banget, nih," jawab Roni. 

Mendengar jawaban itu, persaanku makin tak menentu lantaran memikirkan hal lain. 

Namun, aku tetap berharap pisang bakar pemberian suamiku tak kalah enak. 

Sebab, bagaimana pun, aku tetap mengharapkan suamiku mengerti keinginan makan pisang bakar bersama. 

Setelah sampai di rumah, aku pun kembali menyantap pisang bakar tersebut hingga habis. 

Aku melakukan itu agar suamiku tahu, bahwa aku selesai makan pisang bakar hingga habis. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Irwina Istiqomah Reporter: Puji Langgeng

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co