GenPI.co - Menikah dengan Mas Raka menjadi hal yang tak pernah aku pikirkan sebelumnya. Sebab, aku tak yakin menjalani rumah tangga dengannya.
Perkenalkan namaku Rita. Aku sudah menikah dengan Mas Raka selama dua tahun.
Sebelum menikah dengan Mas Raka, ada banyak sekali pikiran yang merepotkan. Salah satunya ialah ketakutan akan perceraian.
Pikiran itu muncul karena pengalaman pribadi yang aku alami. Orang tuaku bercerai saat aku duduk di kelas dua sekolah menengah pertama (SMP).
Perpisahan itu membuat hidupku sangat hancur. Rasa sedih dan nelangsa aku tanggung sendiri.
Hal itulah yang membuatku tak ingin menjalani kehidupan pernikahan. Aku takut akan perpisahan.
Namun, Mas Raka mampu menghilangkan rasa khawatir yang aku alami. Bersamanya, aku merasa sangat aman dan nyaman.
Bersamanya, aku merasakan cinta yang sudah lama pergi. Kehidupanku menjadi lebih berwarna dari sebelumnya.
"Perpisahan memang akan terjadi. Namun, biarkan kita berpisah karena nyawa yang sudah seharusnya habis," kata Mas Raka.
Kata-kata Mas Raka selalu mampu membuatku merasa tenang. Hal itulah yang membuatku yakin untuk menikah dengannya.
Namun, ternyata kehidupan pernikahan kami tak berjalan lancar. Hal itu karena ketakutan akan perceraian kembali merasuk ke dalam pikiranku.
Hubunganku dengan Mas Raka terasa sangat dingin. Namun, dia selalu berusaha untuk bersikap tenang sangat biasa saja.
Aku tahu, sebenarnya Mas Raka merasa tak nyaman dengan sikap dinginku. Namun, aku tak tahu harus bagaimana.
"Mas, maaf jika sikapku tak bisa membuatmu bahagia," kataku.
"Aku bisa terima. Namun, aku tak tahu bisa bertahan sampai kapan," kata Mas Raka.
"Jika memang sudah tak bisa menahan, tolong beritahu aku," kataku.
"Aku tak akan memberitahu. Sebab, aku selalu ingin bersamamu," katanya.
Suatu hari, bapak mertuaku datang ke rumah kami. Orang tua Mas Raka itu bernama Pak Toni.
Aku sudah menganggapnya sebagai bapakku sendiri. Beliau sangat baik dan perhatian denganku.
"Ini bapak bawakan pisang kesukaanmu, Ta," kata Pak Toni.
"Kok Bapak tahu Rita suka Pisang?" tanyaku.
"Semua yang kamu suka, Bapak tahu. Raka selalu cerita tentang kamu," kaya Bapak.
Mendengar pernyataan bapak, aku pun langsung berpikir. Ternyata selama ini Mas Raka selalu memperhatikanku.
Aku merasa sangat bersalah. Selama ini mengabaikan Mas Raka hanya karena ketakutanku.
Aku baru sadar bahwa selama ini Mas Raka selalu menerimaku apa adanya. Dia tak pernah sekali pun marah karena sikapku yang begini.
Akhirnya, aku pun sadar bahwa ketakutanku selama ini sebenarnya tak perlu. Aku tahu, yang aku butuhkan saat ini ialah Mas Raka.
Tak peduli apa yang akan terjadi, aku akan hadapi bersama Mas Raka. Jika pun harus berpisah, biar maut yang memisahkan kami. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News