Saat Kugenggam Punya Pacarku, Aku Menangis Karena Panjang

25 September 2021 22:10

GenPI.co - Naksir dengan cowok sekolah lain bagiku sangat menyenangkan. Apalagi jarak sekolah kami tidak jauh. 

Setiap berangkat dan pulang sekolah selalu bersama. Namun, yang paling menyenangkan kalau jam istirahat. Aku dan Rendi selalu bertemu di warung depan sekolah.

Awalnya aku tak menyangka bisa jalan sama Rendi, karena dia dikenal sebagai ketua geng di sekolahnya 

BACA JUGA:  Gegara Pisang Mertua, Hubungan Rumah Tanggaku Makin Bahagia

Siang itu, saat pulang sekolah aku mampir ke warung Mbok Minah di depan sekolah. Aku lapar dan menyantap mie instan buatannya. 

Saat itu Rendi dan gengnya ada di warung tersebut. Seperti biasa mereka selalu menggoda para pelanggan wanita Mbok Minah, yakni siswi dari sekolahku. 

BACA JUGA:  Pedang Milik Menantu Panjang dan Keras, Aku Sampai Merintih

Maklum saja, sekolah tempat Rendi ialah STM yang jarang ada murid wanita. 

Mulanya aku rish dengan sikap Rendi yang selalu menggodaku setiap bertemu. Namun, semenjak dia mengembalikan bukuku yang ketinggalan di warung, anggapanku tentang Rendi yang menyebalkan sedikit memudar. 

Saat itulah kami bekenalan. Sebagai balas budi karena sudah mengembalikan bukuku, aku pun mengajaknya makan di warung Mbok Nah. 

Kami pun mulai membuka obrolan mulai dari hal general hingga masalah pribadi. 

“Beti, kamu sudah punya pacar?” tanya Rendi.

“Kalau belum kenapa? Lu mau jadi pacar gue? Ha. Ha. Ha,” selorohku.

Singkat cerita kami pun jadian. Hari-hariku di sekolah pun makin menyenangkan. 

Hingga suatu saat peristiwa itu terjadi. Sekolah Rendi  dikepung dengan sekolah lain. Kabar burungnya, anggota satu geng Rendi terlibat baku hantam dengan sekolah tersebut. 

Sebagai ketua geng, dia pun turun tangan untuk membalas dendam. Mereka melakukan aksinya untuk menyerbu sekolah musuh. 

Rendi tak menceritakan rencananya kepadaku. Namun, siang itu, aku mendapatkan kabar dari Toni, teman sekelasku. 

Tanpa pikir panjang, aku pun cabut dari kelas dan menuju lokasi tempat mereka akan tawuran.

Untung, aku datang tepat waktu sebelum mereka menggelar aksinya. Aku marah kepada Rendi karena sudah berbohong kepadaku. 

Aku pun menggeledah tas miliknya dan aku meraba senjatanya yang panjang itu. Aku pun menggenggam senjata Rendi yang panjang itu sambil menangis. 

“Rendi plis, jangan ikut tawuran, aku nggak mau kamu terluka,” pintaku.

Melihat aku yang berurai air mata, Rendi pun mengurungkan niatnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid Reporter: Mia Kamila

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co