Tangisan Bayi Aborsi Menghantui Rumah Kontrakan, Aku Ketakutan

30 Oktober 2021 09:20

GenPI.co - Sudah bisa ditebak, kontrakan murah biasanya punya sisi “aneh”-nya. Kali ini tentang suara tangisan anak kecil yang kerap terdengar malam-malam.

Aku dan istriku, Adia, baru pindah ke rumah kontrakan di sebuah perkampungan. Kondisi rumahku memang tidak bagus-bagus amat, tapi harganya lumayan murah. Tinggal dibersihkan sarang laba-labanya, bisa dihuni dengan nyaman.

“Kamu dapat info dari mana bisa nemu kontrakan ini? Dengan fasilitas yang ada, ini terbilang murah loh,” pujiku kepada istri.

BACA JUGA:  Cerita Horor: Kuntilanak Kampus Mengikuti Aku Pulang ke Kos 

“Ada deh,” jawab Adia sekenanya sembari mengelus perutnya yang sedang mengandung jabang bayi.

Kontrakan murah ini cocok untuk mereka yang sedang bokek. Sebab aku baru diusir dari rumah keluarga besar karena nikah dengan Adia diam-diam tanpa restu orang tua.

BACA JUGA:  Cerita Horor: Kuntilanak Berselimut di Kamar Asrama Kampus

Adia yang sebatang kara dan tanpa pekerjaan bukanlah menantu idaman orangtuaku.

Di malam pertama, ketika hendak tidur, aku mendengar suara tangis anak kecil dari kamar mandi. Tangisan pilu seperti anak kecil yang ditinggalkan oleh orang tuanya.

BACA JUGA:  Kuntilanak Merah Merintih di Meja Dapur, Bayangannya Mengikutiku

“Kamu denger suara anak kecil nangis nggak sih?” tanyaku.

“Samar-samar sih dengar,” jawab Adia. “Udah, cuekin aja. Paling anak tetangga.”

“Tapi rumah tetangga kita itu jaraknya lumayan jauh. Ini suara nangisnya kayak di kamar mandi sini,” aku mulai curiga.

Penasaran, aku mendekati kamar mandi. Suara tangis anak kecil makin jelas.

Namun, ketika pintu kamar mandi dibuka, tidak ada apa-apa. Suara tangis pun berhenti.

Di kamar mandi tidak ada siapa pun. Jangankan anak kecil, bayi tikus saja tidak ada.

Ketika aku menutup pintu kamar mandi, suara tangis kembali terdengar. Namun, saat aku buka pintu, tangisannya terhenti. Tutup, nangis. Buka, hening. Tutup, nangis lagi.

Buka, hening lagi. Begitu seterusnya sampai usia kandungan istriku menginjak bulan kesembilan.

Tak tahan, Adi bertanya kepada tetangga tentang siapa penghuni sebelumnya.

“Oalah, kontrakannya udah lama kosong, Mas. Ada lah sekitar tiga tahun,” jawab si tetangga.

Menurut penuturan tetangga, penghuni sebelumnya adalah seorang perempuan muda yang tinggal sendiri. Dia sering dikunjungi kekasihnya.

Sampai akhirnya, perempuan ini digosipkan hamil di luar nikah. Namun, suatu hari, perempuan itu pergi meninggalkan rumah kontrakan dengan perut seolah sudah melahirkan, tapi tak ada tanda-tanda ada bayi.

Warga berasumsi perempuan itu menggugurkan kandungannya karena kekasihnya tak mau tanggung jawab.

Mendengar cerita tetangga, aku kesal. Aku langsung pulang ke kontrakan.

Buru-buru aku membongkar saluran kamar mandi sembari ngedumel, “Yang bikin dosa dia, yang nanggung akibatnya gue dan istri gue.”

Aku berprasangka bayi penghuni sebelumnya dibuang di kamar mandi seperti berita-berita di koran kriminal.

Pikirku, setelah terduga bayi itu dikuburkan dengan layak, ia tidak akan menghantui lagi.

Namun, aku tidak mendapatkan apa-apa. Hanya menemukan gumpalan rambut yang kerap bikin saluran pembuangan air macet.

Malamnya, Adia menjerit kesakitan di kamar.

Di sebelah, aku gelagapan. Aku tambah panik ketika perut Adia perlahan-lahan mengempis. Aku teriak frustasi, “Sayang! perut kamu kenapa?”

Lalu, dari arah kamar mandi, terdengar kembali tangisan anak kecil. Namun, kali ini disusul oleh tangisan bayi yang baru lahir. Dua tangisan itu bersahutan. Sesekali terdengar bisikan misterius yang seolah menyuruh keduanya berhenti menangis.

Aku langsung lari ke kamar mandi dan mendapati sesosok tinggi besar hitam sedang menggendong bayi berlumur darah. Di sebelah penampakan jurig itu, ada anak kecil sekitar umur tiga tahun yang menangis. Kemudian ketiganya lenyap bagai asap.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co