Ibu Kost Mendadak Luluh, Aku Suap dengan Benda Ini

27 Desember 2021 22:55

GenPI.co - Namaku Hadi. Aku saat ini masih menjadi mahasiswa jurusan Ilmu Politik di universitas negeri dekat dengan Jakarta.

Ya, meski namanya Jakarta, lokasi tepatnya tidak di sana. Aku sudah hampir empat tahun kuliah dan hidup sendiri karena jauh dari kampung halaman.

Aku hidup dengan tinggal di sebuah indekos dekat kampus karena ingin lebih irit ongkos.

BACA JUGA:  Ibu Mertua Lebih Seksi dari Istri, Aku Tega Lakukan Hal ini

Selain itu, aku juga tidak memiliki kendaraan untuk mobilitas di sini.

Aku juga punya cerita cukup liar sehingga tidak bisa pindah ke tempat lain.

BACA JUGA:  Spesial Hari Ibu, Bapak Mertua Bawakan 2 Kado Besar Buatku

Sebab, ibu pemilik indekos, Risma cukup ramah tetapi punya sisi lain dari hidupnya.

Menyandang status janda, Bu Risma terlihat masih sangat segar layaknya buah di lemari pendingin.

BACA JUGA:  Udara Dingin Menyelinap di Sela Jendela, Mertua Sampai Betah

Aku pun suka disapa ketika melewatinya meski terlihat sibuk dengan pekerjaannya.

"Eh, Mas Hadi, mau berangkat kuliah?" sapa Bu Risma.

"Iya, bu. Maaf, ya, saya bayar kos agak telat," sahutku.

"Iya, nggak masalah, kok, asalkan ada hal lain yang bisa ditawarkan," jawabnya.

Mendengar jawaban itu, aku pun paham tentang keinginan Bu Risma ketika penghuni kos telat bayar sepertiku.

"Ah, iya. Gampang itu, bu. Nanti malam, ya, saya kasih selesai kuliah," ujarku lantas berangkat kuliah.

Ketika jam kuliah, aku masih memekirkan hal apa yang bisa membuat Bu Risma senang.

Jika dipikirkan, aku hampir setiap saat membahagiakannya karena selalu ramah kepada Bu Risma.

Namun, hari itu aku cukup bingung menentukan apa yang harus dibawa untuk menyenangkan hatinya.

"Apa aku harus memberi pisang favoritku, kah?" pikirku.

Daripada bingung untuk meluluhkan hati Bu Risma, aku pun bergegas pulang ke kamarku untuk mengambil barang kesukaannya.

Aku tidak bisa pergi ke toko, lantaran habis sudah berbekalan selama sebulan.

Aku tak punya uang lagi karena belum dapat kiriman dari orang tua.

Setelah sampai di rumah, aku mengambil buah favoritku yang tinggal sesisir.

Aku pun berusaha datang ke kamar Bu Risma berharap dia belum tidur.

"Bu, maaf ini Hadi. Bolehkah masuk?" pintaku.

"Ya, masuk saja sayang," sahutnya dari dalam.

Mendengar hal itu, aku kembali mencoba mengulang pertanyaan karena terasa aneh ada sebutan sayang di sana.

"Ibu. Saya Hadi, ya, boleh masuk?" kataku.

"Kan, saya sudah bilang boleh, kenapa ditanya lagi?" sahutnya.

Setelah masuk, aku pun terkejut dengan pemandangan malam ini.

Ya. Bu Risma tampak sangat berbeda meski kerap terlihat tanpa riasan.

Wajahnya begitu cantik, layaknya seperti pemudi seusiaku.

"Saya ke sini untuk membawa pisang ini, bu. Semoga ibu suka," ujarku.

"Wah, besar sekali, ya, pisangmu. Ibu jadi enak dikasih begini," jawabnya.

Setelah memberi hadiah itu, aku pun pamit keluar untuk kembali ke kamar.

Aku berharap, Bu Risma bisa luluh untuk membiarkanku telat membayar indekosku. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid Reporter: Puji Langgeng

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co