Sudah Ketahuan, Aku Tetap Begituan di atas Balkon

08 Februari 2022 17:15

GenPI.co - Angin yang berhembus terasa dingin sekali. Di atas balkon, aku berdiri mematung. Menikmati pemandangan kota di malam hari.

“Apa ini?” tanyanya tiba tiba sambil melihat leherku. Aku lantas melepaskan pelukannya dengan paksa.

“Bukan apa apa. Ini hanya luka biasa” bantahku.

BACA JUGA:  Pedang Menantu Sungguh Sakti, Sekali Dipegang Aku Menjerit-jerit

“Apa ini ulah Emily lagi?”

“Bukan.." jawabku.

BACA JUGA:  Besar dan Kokoh, Tongkat Milik Menantu Membuatku Berbinar-binar

“Kumohon Alley. Jujurlah!” Nick memegang pundakku dengan erat. Tatapannya sangat dalam dan emosional. Kutundukkan pandanganku. Dan dengan terpaksa aku berkata.

“I.. Iya. Emily yang melakukannya” setelah berkata demikian, Nick melepas genggaman di pundakku.

“Kurang ajar. Apa maunya? Harus aku peringatkan dia”

“Jangan! Kau tak perlu berbuat demikian. Aku mohon” aku memelas padanya. Ia menatapku sembilu lalu memelukku erat.

“Maafkan aku. Seharusnya kau tak perlu merasakan ini setiap saat” aku tersenyum simpul sambil mengusap rambutnya.

“Kau tak usah meminta maaf. Ini bukan salahmu atau salah Emily. Ini salahku yang telah mencintaimu. Seharusnya aku tak ada dalam kehidupan kalian”

“Jangan berkata begitu. Kau bukanlah orang yang bersalah. Justru kau adalah korban. Korban dari kesalahan cintaku. Aku berjanji akan selalu menyayangimu, Alley. Camkan itu”

Ucapan Nick lantas membuatku harus menitihkan air mata. Meski aku tersenyum, air mata ini tak mampu berbohong. Aku sangat mencintai Nick, pria yang telah menikah dengan wanita lain, bernama Emily.

“Semalam itu sangat indah bukan?” ujar seseorang mengagetkanku. Saat kutengok, ternyata Emily.

“Emily? Sejak kapan kau.. Disini?” dia pun duduk di atas sofa merah sambil melepas topi lalu menyimpannya.

“Tak perlu aku menjawab pertanyaanmu itu. Yang perlu adalah jawaban darimu atas pertanyaanku tadi” aku sedikit menunduk. Kemudian berjalan menuju lemari.

“Kenapa tidak menjawab? Apa harus aku ulangi lagi pertanyaannya?”

“Emily aku mohon, aku harus mengenakan pakaian. Kita bicarakan ini di luar” mendengar perkataanku, Emily sedikit menganggukan kepalanya dan melangkah ke luar dari kamar.

“Jadi? Apa jawabanmu?” Emily pun mendekat secara perlahan. Kedua tangannya memegang pinggangku.

“Alley, apa kau tahu. Kau adalah wanita yang sangat cantik dan kuat. Kesempurnaan melekat padamu. Tetapi, hatimu.

Sangat tidak cantik. Bagaimana kau tega, merebut Nick dari aku yang tidak secantik dirimu?” Emily mengelus elus rambut lalu meraba wajahku.

“Kau tahu benda apa ini, yang melingkar di jari manisku? Ini adalah tanda yang Nick ikatkan padaku. Kau tahu. Kami sudah mempunyai seorang putra. Yang harus kami besarkan dengan cinta dan kasih sayang.

Namun. Bagaimana jika dia tahu kalau ternyata ayahnya berkhianat? Tentu dia sangat kecewa, bukan? Apa kau setega itu. Alley?” aku hanya terdiam tak berkata sepatah kata pun.

Emily melepaskan genggaman dan meraih tas lengannya lalu berjalan meninggalkanku.

“Aku harap kau faham Alley. Sangat berharap” suara pintu yang ia tutup terdengar penuh kebencian. Sekarang, aku benar benar merasa terganggu. Terusik. Dan terkoyak.

Cinta ini memang tak seharusnya kurasakan. Sekejam itukah aku merusak dan melunturkan cinta yang telah dirajut oleh orang lain? Perasaan ini jelas bersalah. 

Mengapa aku begitu egois, begitu keras kepala dan begitu bodohnya diperbudak cinta yang gelap ini? Mungkin sudah saatnya aku akhiri cinta yang terasa pahit ini.

Tanpa harus meninggalkan jejak dan bekas. Tanpa harus berurai air mata. Walau pada kenyataannya, air mata ini akan kembali mengalir.

“Nick. Sudah saatnya untukku pergi dan benar benar hilang dari cintaku ini padamu. Sudah saatnya pula untukmu, memperbaiki rajutan cinta dengan Emily.

Tak perlu berkeluh apalagi menyerah. Jangan. Cintamu adalah milik Emily. Kehadiranku adalah sebuah kesalahan. Tak sepatutnya aku menganggu kalian.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co