GenPI.co - Dada kiri saya terasa perih. Rasa sakit yang aku pikir tidak ada, ternyata lukanya masih menganga.
Sebuah undangan pernikahan dari mantan kekasih jadi sebabnya.
Sepulang bekerja, undangan itu tergeletak begitu saja di meja ruang tamu.
Mungkin ibuku yang menerima dan dia meletakkannya di situ
Aku masih belum sadar saat itu, karena aku langsung mandi dan rehat.
Malamnya baru kusadari undangan itu.
Saat itu aku hanya ingin ngopi di ruang tamu, tetapi hari itu kopi berubah jadi minuman paling pahit meski sudah kutambahkan gula.
Ada namaku dengan jelas tertulis oleh tulisan tangan.
Aku masih hapal, ini pasti tulisan mantanku.
Hatiku mendadak tidak keruan. Rasa sakit itu muncul.
Dulu sekali, tempat ini juga jadi saksi bisu.
Ruang tamu rumah ini jadi tempat kami melepas rindu.
Aku dan dia yang sudah pacaran sejak sekolah sering mengerjakan tugas bareng di sini.
Waktu malam minggu, usai berkeliling kota yang entah tujuannya apa, kami menyempatkan lagi untuk ngobrol di ruang ini.
Tahukah kamu, cat ruangan ini masih sama, warna pintu juga masih sama, hanya kamu sudah tak lagi sering mampir ke sini.
Sekali ada namamu lagi di ruangan ini, eh, malah datang dalam bentuk undangan pernikahan.
Untukmu yang sudah menemukan tambatan hati, semoga berbahagia selalu.
Aku mendoakan yang terbaik untukmu.
"Saya, Adi, akan datang di pernikahan Ida," tulisku di nomor RSVP yang tersedia.
Batinku menangis, nama kami begitu berjodoh. Hanya tinggal dibolak-balik, maka akan jadi namaku dan nama dia.
Namun, cinta memang tak selalu bahagia.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News