GenPI.co - Aku sudah memutari alun-alun kota sekitar tujuh kali tanpa tujuan yang jelas.
Aku lagi kebingungan karena tak bisa pulang ke indekos tanpa membawa uang.
Ya, hari ini adalah kesempatan terakhirku untuk membayar uang kos.
Aku sudah menunggak selama dua bulan.
Jika hari ini tak membawa uang, besok aku ditendang dari indekos.
Namun, sialnya sampai sore hari aku sama sekali tak memiliki uang.
"Aduh, harus bagaimana aku hari ini. Pulang tanpa uang sama saja diusir," kataku.
Pikiranku buntu kala itu. Aku sudah mencoba meminjam uang kepada teman maupun saudara, tetapi tak ada yang menyanggupi.
Aku benar-benar takut. Ibu kosku memang cantik, tetapi soal bayar membayar dia tak ada ampun.
"Ah, aku pulang saja. Aku siap menerima apa pun hasilnya," kataku.
Sesampainya di kamar, pintu langsung diketok ibu kos.
Aku membukanya dengan gemetar.
Tanpa basa-basi, ibu kos menyuruhku untuk ke rumahnya.
"Mana uang bulanan? Hari ini terakhir, kan?" katanya.
Aku menggelengkan kepala. Di depan ibu kos, aku jujur masih belum memiliki uang.
Aku meneteskan air mata saat bercerita.
"Sudah, Dik. Jangan nangis," katanya.
Tanpa diduga, ibu kos menawarkan win win solution.
Dia meminta aku menuruti keinginannya sembari menunggu uangku terkumpul.
"Kamu bantu beres-beres rumah saja. Jadi, setiap pagi dan sore kamu bersihkan seisi rumah, termasuk cuci piring dan baju," katanya.
"Baik, Bu," kataku.
Aku bersyukur karena ibu kos mengerti keadaanku.
Aku tak mengeluh harus beres-beres rumah.
Sebab, di rumah itu hanya ada ibu kos dan satu anaknya.
Alhasil, rumah tentu tak terlalu kotor.
"Enak juga barternya," kataku, dalam hati.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News