GenPI.co - Hai, namaku Raisa. Aku akan membagikan cerita horor yang terjadi di asrama kampus beberapa waktu lalu.
Aku adalah mahasiswa di salah satu universitas di Kota Bogor. Kebetulan, kami diwajibkan untuk tinggal di asrama selama setahun pertama masa kuliah.
Dua minggu lalu, aku berniat untuk puasa mengganti hari bolongku pada Ramadan tahun lalu.
Sebelum tidur, aku menyetel alarm agar bisa bangun pukul 4 pagi.
Namun, bukan suara alarm yang membangunkanku pada pagi itu. Aku justru mendengar suara ketukan dari pintu kamarku.
Ketukan di pintu pun diiringi dengan suara samar yang memanggil namaku.
“Sa, bangun. Sa, bangun,” ujar suara itu.
Saat aku membuka mata, suara itu pun berhenti. Aku pun menghiraukannya dan segera mengambil roti dan susu dari atas meja untuk menu sahurku.
Tak lupa aku juga meminum segelas air putih agar tak dehidrasi.
Usai menyantap sahur, aku pun keluar kamar untuk menuju kamar mandi. Niatnya aku mau buang air kecil sekalian mengambil wudhu.
Dalam perjalanan menuju kamar mandi, aku berpapasan dengan temanku dari kamar sebelah, Andin.
“Sa, tadi gue bangunin sahur. Lo denger, enggak?” tanya Andin saat kami bertemu.
“Oh, itu suara lo. Gue bingung itu tadi siapa yang manggil gue,” jawabku.
“Iyalah, suara gue. Emang suara siapa lagi gini hari?” katanya.
“Makasih ya, Ndin. Gue ke kamar mandi dulu nih bentar,” ujarku. Andin pun mengangguk.
Saat hendak mengambil wudhu, aku pun tiba-tiba teringat bahwa Andin izin pulang ke Bekasi Sabtu kemarin karena ada acara keluarga.
“Lalu, tadi yang ngobrol sama gue siapa? Kalau nanti ketemu lagi, gimana dong?” batinku.
Aku pun menyelesaikan wudhu dan menyiapkan keberanian jika seandainya bertemu lagi dengan sosok itu.
Benar saja, sosok menyerupai Andin itu juga keluar dari kamar mandi sebelah.
“Udah azan belum, sih?” tanyaku basa-basi agar tak terlihat ketakutan.
“Sudah, kok. Emang tadi lo enggak denger pas kita lagi jalan ke kamar mandi?” jawabnya.
“Enggak haha,” kataku.
Kami berdua akhirnya jalan bersama lagi menuju ke lorong kamar. Tanpa sadar, aku mempercepat langkah agar bisa sampai kamar lebih cepat.
“Buru-buru amat jalannya, kenapa Sa?” tanya sosok itu tiba-tiba.
“Iya, pengen cepet-cepet saja. Sudah pagi, takut telat subuhan,” jawabku.
“Sudah pagi atau sudah tahu?” kata sosok itu.
Suaranya pun tiba-tiba berubah dan tak lagi mirip dengan Andin. Aku langsung lari secepat mungkin menuju kamarku dan mengunci pintu.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News