GenPI.co - Assalamualaikum. Perkenalkan, nama gue Dede Febriant. Ini cerita pengalaman gue merantau dan menjalani Ramadan di Abu Dhabi.
Enggak kerasa gue sudah merantau ke negeri orang sejak Januari 2021. Gue jadi barista di salah satu kedai kopi di Abu Dhabi, United Arab Emirates.
Sudah dua Ramadan gue lalui tanpa orang-orang terdekat, terutama keluarga. Sumpah, gue kangen banget sama mereka.
Sayangnya, tiket ke Indonesia lebih mahal daripada Eropa. Jadi, vacation gue ganti dengan menabung saja, lah.
Rasanya rindu banget sahur dan berbuka di rumah, lalu ketemu sama teman-teman di Indonesia. Gue juga kangen Ramadan saat gue masih kanak-kanak. Gue dan teman masa kecil bermain perang petasan saat Ramadan.
Saat itu, vibes Ramadannya kental banget.
Oh iya, di Abu Dhabi gue tinggal di Villa Al Bateen. Di sini juga banyak teman-teman barista dari Indonesia.
Gue bersyukur setidaknya di Abu Dhabi masih punya keluarga dari negeri yang sama.
Tradisi kami di sini tiap Ramadan pastinya buka bersama. Sebagai anak rantau, untuk menghemat bujet, biasanya kami memasak bersama menjelang buka.
Enggak hanya teman-teman barista, banyak juga WNI yang ada di sini. Jadi, kalau mau buka bersama (bukber), kami bisa saling berkunjung ke tempat tinggal masing-masing.
Selain itu, gue merasa pemerintah Abu Dhabi sangat toleransi. Rasanya gue pengin kasih jempol ke pemerintahnya, deh.
Sebab, pemerintah Abu Dhabi membuat aturan bahwa selain non-muslim kalau makan waktu puasa itu enggak boleh di tempat umum.
Kalau ketahuan, mereka bakal mendapatkan denda. Keren banget, kan?
Gue memang baru pertama kali menjalani ibadah puasa di negeri orang. Alhamdulillah, puasa gue enggak pernah bolong.
Ada kemungkinan juga pengaruh cuaca di sini kali, ya. Soalnya, di sini lagi musim transisi winter ke summer. Biasanya, kalau summer, suhu di Abu Dhabi bisa sampai 50 derajat.
Lo cobain aja , goreng telur enggak pakai kompor, pasti matang! (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News