Suami Tak Pulang, Mas Tetangga Nyelonong Masuk

19 April 2022 23:00

GenPI.co - Halo semua, perkenalkan namaku Fiana. Kehidupanku kini hanya sebagai seorang istri karena tidak boleh bekerja oleh suamiku, Mas Rony.

Menurut Mas Rony, keuangan keluarga sudah cukup dengan hanya dia yang bekerja sehingga aku lebih banyak menghabiskan waktu mengurus rumah.

Jujur saja, aku awalnya menolak keras kegiatan itu karena sangat membosankan.

BACA JUGA:  Aku Pasrah Rahasiaku Dibongkar Bapak Mertua

Namun, setelah berjalan hampir dua tahun, aku merasa biasa saja tidak bekerja dan mengurus rumah.

Dari awal pernikahan, kami memang berencana untuk menunda memiliki anak. Itu sebenarnya keputusanku, tetapi Mas Roni setuju.

BACA JUGA:  Terpaksa Dilayani Menantu Saat Istri Pergi Dinas

Menurutku, memiliki anak pada awal pernikahan ialah sesuatu yang berat karena harus menyandang status orang tua.

"Mas Roni mau punya anak kapan?" kataku ketika berada di teras rumah.

"Ya, menunggu kamu siap dan diberi amanah oleh Allah SWT," jawabnya singkat.

"Mungkin habis Lebaran, ya, bagaimana?" tambahnya.

"Wah, iya sebentar lagi puasa Ramadan, ya. Boleh nanti kita coba, Mas," sahutku.

Puasa Ramadan pun sudah hampir selesai, aku pun merasa deg-degan dengan percakapan itu.

Ketika sedang asyik melamun, aku dikejutkan dengan suara ketukan rumah.

"Permisi, apa ada orang di rumah?" suara seorang pria di depan rumah.

Sambil membuka pintu, aku melihat seorang pria muda yang membawa makanan.

"Selamat sore, bu. Maaf mengganggu, saya Gion yang tinggal di samping rumah. Saya baru pindah tadi pagi. Jadi, ini ada sedikit makanan untuk buka puasa, bu," katanya.

"Oh. Iya. Terima kasih Mas Gion. Saya malah belum sempat bikin sesuatu untuk menyambut tetangga baru," kataku.

"Iya, nggak apa-apa, bu. Nggak perlu repot-repot juga, kok," sahutnya.

"Oh, iya, bagaimana kalau Mas Gion ikut buka puasa di sini," kataku berusaha ramah.

Aku merasa ajakan itu sepertinya salah masuk waktu, karena masih pukul empat sore.

"Wah, boleh, kah? Kebetuluan saya juga jago masak, bu. Jadi, saya berguna untuk menyiapkan makanan buka puasa," jawabnya.

Entah mengapa, aku jadi salah tingkah karena mendadak dapat tamu yang ingin buka puasa di rumah.

Selain itu, aku juga belum meminta izin suamiku kalau ada tamu Mas Gion, tetangga baru kami.

"Ya, boleh, kok. Mau masak apa enaknya, Mas?" kataku.

Kami pun akhirnya menggunakan dapur untuk memasak beberapa makanan untuk buka puasa.

Ketika itu terjadi, aku merasa nyaman berbicara dengan Mas Gion karena ternyata dia begitu banyak tahu soal makanan.

Jadi, aku tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut.

"Dapurnya bagus, ya, bu. Saya jadi betah pakai dapur di sini," ujarnya.

"Ah, bisa saja Mas Gion. Ini desain dari suami, sih. Jadi, saya nggak begitu paham," jawabku.

"Wah begitu, ya? Berarti suami ibu cukup handal menyenangkan istri," katanya lagi.

Tidak terasa ketika masak, waktu buka puasa sudah dekat. Kami akhirnya menyiapkan makanan buka di dapur.

Namun, Mas Roni memberi kabar kalau tidak bisa pulang tepat waktu dan buka puasa di luar.

Oleh karena itu, aku akhirnya ditemani oleh mas tetangga baru buka puasa.

"Meski tadi sedikit canggung, saya jadi betah, nih, bu buka puasa di dapur yang bagus ini," kata Mas Gion usai berbuka puasa.

"Ya, Mas Gion bisa buka puasa di sini lagi nanti bareng suami saya, karena dia juga suka masak," kataku.

Setelah kejadian itu, kami bertiga pun akhirnya bisa buka puasa bareng pada akhir pekan.

Mas Roni ternyata menyukai Mas Gion karena memang handal memasak. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid Reporter: Puji Langgeng

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co