GenPI.co - Seseorang pernah berkata naik gununglah, maka kamu akan melihat sifat asli temanmu.
Ya, aku percaya dengan kata-kata itu.
Gunung memang sering kali membuka mata kita soal karakter teman.
Kayak kemarin, misalnya, aku baru saja mendaki Gunung Sindoro via Bansari.
Aku mendaki bersama tiga orang temanku.
Sejak saat itu, aku tahu tiga temanku masuk ke tipe pendaki mageran.
Fyi, pendaki mageran itu tipe yang suka malas-malasan di jalan.
Mereka biasanya berkedok suka alam dan menikmati perjalanan. Jadi, enggak suka buru-buru.
"Eh, itu di depan ada tanah datar. Saatnya tidur," ungkap salah satu temanku.
Mendengar teriakan tersebut, dua temanku lain mendadak bersemangat.
Mereka bahkan mendahului yang tadinya berada di baris depan.
"Buset. Denger ada tanah lapang langsung semangat. Eh, kok tiduran? Tadi baru saja tidur-tiduran juga, lo," ucapku.
Namun, ketiga temanku seolah tak memperdulikan.
Mereka tetap asyik tidur dengan menatap langit.
"Santai dahulu kawan. Menikmati perjalanan. Puncak tidak akan lari ke mana," tutur mereka.
Ah, benar dugaanku. Mereka itu pendaki mageran.
Ciri-ciri pendaki mageran sudah menempel di wajah-wajah lesu mereka saat menaiki tanjakan gunung.
"Ah, dasar pendaki mageran. Jangan sampai kemaleman sampai ke pos camp, ya. Aku juga istirahat dahulu deh," kataku.
"Huuuu, kamu juga pendaki mageran dong," kata mereka sembari tertawa.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News