GenPI.co - Cerita horor di Puncak, Bogor, Jawa Barat ini baru saja terjadi. Mataku dengan jelas melihat penampakan yang sangat menyeramkan.
Sebelum aku bercerita, perkenalkan, namaku Teo Nugroho. Teman-temanku biasa memanggilku Nug.
Awal cerita, aku pergi ke Puncak bersama ketiga temanku. Kami berempat berangkat menggunakan motor.
Ketiga temanku itu ialah Damar, Toni, dan Rahman. Aku berada satu motor dengan Damar.
Kami berangkat dari Jakarta pukul 20.00 WIB. Kami baru sampai di Puncak sekitar pukul 22.00 WIB.
Kami langsung menuju ke vila yang sudah disewa. Letaknya berada di dekat kebun teh.
Saat sampai di depan pintu pagar vila, Damar mendadak merasa kedinginan. Badannya menggigil.
Setelah beberapa saat menunggu penjaga vila, kami langsung masuk dan merebahkan diri. Namun, Damar masih merasa kedinginan.
"Dingin banget. Aku mau jahe panas," kata Damar.
Aku harus keluar dahulu untuk membeli jahe panas. Sebab, aku hanya membawa kopi dan susu.
"Mau ditemani, Nug?" kata Toni.
"Sudah, aku sendiri saja," jawabku.
Aku keluar sendiri. Tak jauh dari vila, aku melihat seorang nenek berjalan.
Dengan niat baik, aku berpikir untuk menawarkan tumpangan kepada nenek itu. Aku pun menghentikan motorku tepat di samping nenek itu.
"Nek, mari saya antar. Saya juga mau ke depan," kataku.
Nenek itu hanya diam. Namun, mendadak dia memalingkan wajahnya kepadaku.
Aku sangat kaget saat melihat mata nenek itu berwarna biru cerah. Matanya mengeluarkan cahaya terang.
Aku yang ketakutan langsung meninggalkan motor dan berlari kembali ke vila. Motor aku tinggal dalam keadaan masih menyala.
Sesampainya di vila, aku mengajak semua temanku untuk kembali menemui nenek itu. Namun, saat sampai, nenek itu sudah tidak ada. (Cerita horor Teo Nugroho, seperti yang dituturkan kepada GenPI.co)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News