Hangatnya Bidadari Pesisir, Lelahku Seketika Pergi

12 Juni 2022 21:30

GenPI.co - Sayup sayup semilir angin pantai di malam hari kurasakan masuk ke dalam lubang pori-pori ini. Terasa dingin menusuk, tapi tak bisa mengobati rasa patah dalam hati ini.

Patah hati dan perasaaan kacau yang kurasa masih membekas dalam relung jiwa ini. Mencoba kulupakan tetapi bayangannya terus menghantui.

Dia lah Stefani, perempuan yang kupacari sejak 5 tahun lalu. Kenangannya terlalu indah untuk kulepas di bibir pantai ini.

BACA JUGA:  Sifat Bapak Kost Mirip Ayahku, Rinduku Terbayar Lunas

Manis, menggoda dan penuh kasih adalah gambaran perempuan yang umurnya hanya terpaut 3 tahun dariku ini.

Namun, takdir memang terkadang lucu. Tepat 2 bulan lalu, ia pun dipinang oleh seorang pria dewasa yang usianya bahkan sama seperti bapaknya. Bukan karena perjodohan, tetapi karena harta yang berbicara.

BACA JUGA:  Aku Tumbang di Kamar, Bapak Kost Datang Bawakan Vitamin

Aku pun diputus, saat sedang berjuang untuk menghalalkannya. Ia tak sabar, lalu memilih untuk bersanding di pelaminan bersama laki-laki beranak 5 itu.

Malam ini, anggaplah aku sedang terapi healing. Menyembuhkan segala luka-luka yang ia torehkan ke relung hati untuk aku tata kembali.

BACA JUGA:  Suami Pulang Larut Malam, Papa Mertua Makin Sayang

Namun, rupanya helaan panjang nafas yang aku hembuskan hingga ratusan kali ini tidaklah cukup untuk membantuku keluar dari akar luka ini.

“Terkadang luka memang harus dikubur dalam-dalam supaya baunya tidak lagi tercium oleh indera manusia. Memang membutuhkan waktu tapi nggak ada yang nggak mungkin,” sapanya hangat sembari menepuk pundakku dan duduk di sampingku.

Seorang perempuan pesisir dengan rambut yang dikuncir dan mata indah tiba-tiba datang di kala hati ini sedangn tidak baik-baik saja.

“Maksudnya?,” timpalku kaget.

“Bahkan ketika angin pantai ini berembus kencang sekalipun bisa meniupkan badai, luka-luka hati tentu tak dapat dihapus dalam waktu semalam. Tetapi mencoba perlahan untuk menguburnya adalah cara terbaik, bukan?,” paparnya lagi yang makin membuat aku bengong sekaligus merinding.

Ia tiba-tiba datang seperti bidadari yang memberikan oase di tengah gersangnya hati. Apakah sosok ini yang dikirimkan Tuhan ini mendengar segala kisah pilu ini. Apakah dia malaikat yang diutus untuk mendengar setiap suara hati ini?

“Kalau begitu mengapa saat aku berusaha menumpahkan segala rasa dan mencoba untuk menguburnya, tetapi bayangan itu selalu ada? Mengapa setiap kali aku melupakan, justru dia malah makin dekat? Aku pikir teriakan hati ini bisa terbuang di luasnya laut di depanku ini,” balasku dengan hati yang kacau.

Ia sejenak diam dan menghala nafas setengah panjang.

“Seperti ombak, meskipun ia membawa sampah dari bibir pantai ke laut, bukannya tidak mungkin pasair pantai jadi bersih bukan” ucapnya seraya memandang laut dengan sorot tajam.

Di bawah kemilau lampu mercusuar dermaga pantai pesisir utara ini, aku pun mendadak diam dalam keheningan malam.

Aku merenung sejenak, ditemani bidadari pesisir dan juga suara burung malam.

Selama dua jam, aku terlibat sebuah kontemplasi dengan diriku sendiri. Meluruhkan segala bekas-bekas masa lalu. Menatap dengan hati yang lunak.

Perlahan lelah batinku hilang. Hilang dan tak kembali.

Aku pun mulai bisa berdamai dengan situasi. Menyusun partikel-partikel damai yang 2 bulan ini pergi.

Hangatnya pembawaan bidadari pesisir, kini lelahku perlahan sirna.

“Jarome, I hope you doing well today. Semoga hatinya lekas pulih ya,” pesan singkat dari seorang bidadari bernama Suci.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co