Cerita Horor Sosok Tak Kasat Mata Memanggilku 3 Kali

30 Juli 2022 20:30

GenPI.co - Hi, perkenalkan namaku Kezia. Ini adalah pengalaman yang tak terlupakan dan untuk pertama kalinya tak ingin membuka mata lagi.

Aku ingat sekali, dua tahun lalu pada saat pagi hingga sore hujan deras menyelimuti rumah. 

Sangat deras sekali, hingga aku tak bisa melakukan aktivitas di luar.

BACA JUGA:  Cerita Horor di Danau Gunung Argopuro, Dengar Suara Gamelan Jawa

Aku mati gaya di rumah dan memutuskan untuk merawat wajahku dengan memakai masker kecantikan.

Sembari menunggu maskerku kering, diriku juga menikmati lantunan musik yang syahdu di iPod.

BACA JUGA:  Cerita Horor di Kantor, Ada Perempuan Menempel di Punggungku!

Aku pun bernyanyi sangat kencang sampai-sampai tak mengindahkan suara azan Magrib.

Jika mengingat kejadian itu, rasanya aku menyesal. Karena, setelah azan berhenti, aku mulai merasakan ada sesuatu yang berbeda.

BACA JUGA:  Kisah Horor di Kantor, Aku Bertemu Sosok Minah Tengah Malam

Bulu kudukku dari ujung kaki hingga kepala berdiri tanpa sadar. Aku mulai gelisah, grasak-grusuk, dan mencoba tenang. 

Hingga akhirnya, aku ingat kalau masker di wajah ini harus segera dibilas.

Tanpa ragu, aku membuka mata. Betapa terkejudnya aku melihat kamar yang nyaman ini penuh dengan kumpulan orang.

Orang-orang yang tidak dikenal, mereka adalah makhluk tak kasat mata.

Aku ketakutan setengah mati, semua seakan menatapku dengan misterius. Saat itu aku tiba-tiba gagap tak bisa bicara dan tubuhku kaku seperti mayat tak bisa digerakkan. 

Jujur, saat itu aku hanya bisa melihat dan menyaksikan sekumpulan orang yang memandang sinis.

Aku sangat ingat sampai saat ini wajah-wajah pucat yang kira-kira berjumlah sepuluh orang. 

Tak henti-henti air mata ketakutan menyelimutiku selama beberapa menit. 

Yang tak habis pikir dan membuat aku tak kuasa menahan takut karena tidak bisa teriak sama sekali. Bahkan, mereka memanggilku dengan bisikan beberapa kali.

"Kezia? Kezia? Kezia?," panggil makhluk-makhluk itu.

Jantungku makin tak terkendali, berdebar hebat dan gemetaran. 

Tangisanku sudah tak terbendung ketika seluruh yang dilihat itu menertawakanku dengan sangat keras.

Salah satu dari mereka bahkan tertawa di telinga kiri. Suara itu begitu jelas dan tegas.

Hingga akhirnya, mereka menghilang seakan puas menertawakan aku yang berdiri ketakutan. 

Setelah itu, aku langsung lari terbirit-birit dengan masker di wajah yang sudah berkerak tanpa dibilas.

Sambil menangis, aku berlari ke rumah tetangga. Aku mencari perlindungan sampai kedua orang tua pulang.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid Reporter: Annissa Nur Jannah

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co