GenPI.co - Perkenalkan, namaku Azalia. Aku adalah seorang karyawan swasta yang menjalani kisah cinta pacaran jarak jauh alias LDR.
Kekasihku kini bekerja sebagai kepala cabang di sebuang bank swasta di Kupang.
Awalnya, aku berpikir hal ini akan mudah. Akan tetapi, hati tak bisa berbohog untuk mengucap kata sulit.
Banyak sekali jalan terjal yang harus kutempuh untuk bisa bertemu kekasihku. Kami bahkan harus menunggu berbulan-bulan agar bisa bertemu.
Jarak dan waktu nan jauh kian terasa dan membuat dadaku sesak. Aku butuh sentuhan hangatnya.
Aku sadar, tidak sedikit dari para pejuang LDR yang kusut memikirkan bagaimana cara untuk bertemu.
Namun, tantangan ini melatihku untuk tetap setia dan sabar. Tak pernah sekalipun kutinggalkan ponsel, bahkan untuk sekadar beranjak pergi.
Tak kunjung bosan pula aku menjalani kebiasaan untuk menghubunginya saat berangkat atau pulang dari kantor.
Kami juga selalu membiasakan diri untuk memberikan hadiah satu sama lain untuk mengingat satu sama lain dikala rindu.
Saat keributan terjadi, aku selalu berusaha untuk berkompromi agar dia mengerti betapa sulitnya menjalani hubungan ini atau betapa sulitnya pergi ke mal sendiri.
Setelah menjalaninya selama hampir 2 tahun, kami tak menemukan peluang untuk bisa hidup bersama.
Hatiku mulai rapuh dengan rasa yang kian menghilang. Bukan karena bosan, melainkan karena aku tak tahu apa yang dinamakan kepastian.
Menurutku, sebesar apapun usaha yang kulakukan, hasilnya akan tetap sama. Akhirnya, putus menjadi jalan terbaik untuk kami berdua. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News