GenPI.co - Perkenalkan, namaku Rizky Aji. Kini, usiaku 27 tahun dan berprofesi sebagai staff di salah satu perusahaan start-up di Jakarta.
Kisah ini terjadi pada 3 tahun yang lalu, saat aku masih berstatus single alias jomlo.
Saat itu, aku merupakan orang yang suka sekali mendatangi konser musik.
Suatu ketika ada konser musik jazz yang menampilkan salah satu band favoritku, Krakatau.
Tentu tak banyak anak muda seumuranku yang menyukai band lawas tersebut.
Akan tetapi, aku yang mendatangi konser sendirian pada malam itu tiba-tiba saja disapa oleh perempuan yang duduk disebelahku.
"Mas, mau bertanya lagu yang baru saja dibawakan judulnya apa, ya? Lupa soalnya aku," tanya dia sembari tertawa kecil.
"Oh, itu judulnya La Samba Primadona, Mbak," jawabku.
"Oh, iya, ingat sekarang. Terima kasih, Mas," ungkapnya.
"By the way, suka Krakatau juga, Mbak?" tanyaku.
"Iya, Mas juga?" tanya dia kembali.
"Iya, Mbak, sudah sejak SMP, sih. Itu juga gara-gara Ibu saya memutar lagunya terus makanya jadi ikut suka," jawabku.
"Wah, sama berarti kayak saya juga suka dari dahulu. Oh, iya, kita mengobrol daritadi, tetapi enggak tahu nama masing-masing. Aku Ailin," ujarnya.
"Aku Rizky. Datang sama teman ke sini, Mbak?" tanyaku sembari mengalihkan pandang kepada perempuan yang duduk di sebelahnya.
"Oh, enggak, Mas. Saya saja enggak kenal, kebetulan sendirian," ucap dia dengan suara pelan.
Setelah perkenalan itu, kami langsung akrab dan terus berbincang soal Krakatau sepanjang konser.
Seusai konser, aku mencoba untuk meminta kontaknya dan mengajaknya bertemu suatu saat.
Sejak saat itu, kami sering mengobrol melalui WhatsApp. Selang satu bulan kemudian, aku mengajaknya menghadiri konser jazz.
Kami pun menikmati konser tersebut dan aku berpikir sepertinya begitu nyaman ketika berbincang dengannya.
Entah kenapa, aku merasa jatuh cinta dengannya saat bertemu pertama kali. Mungkin karena kami memiliki kesukaan musik yang sama.
Setelah beberapa kali jalan bersama, aku langsung menyatakan perasaanku kepadanya dan bilang sepertinya dia orang yang tepat bagiku.
Layaknya takdir yang telah ditentukan, Ailin pun menerima cintaku. Sejak saat itu, aku selalu mencoba ada untuk dia dan sebaliknya.
Tentu kami saling melengkapi satu sama lain. Tepat tahun lalu, aku mencoba menjajaki hal yang serius bersamanya, yaitu membangun rumah tangga bersama.
Pada akhirnya dia menyambut baik niatku itu. Kami pun melangsungkan pernikahan sederhana yang dihadiri kerabat dekat.
Kini, Ailin sedang mengandung buah hatiku. Jujur, aku sungguh bersyukur takdir dan musik jazz telah mempertemukan kami.
Aku akan selamanya mencintai dia. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News