Tak Kusangka, Perempuan yang Kudekati Sudah Punya Kekasih

09 September 2022 18:10

GenPI.co - Perkenalkan, namaku Rahman Indrawan. Kini, usiaku 24 tahun dan berprofesi sebagai karyawan di salah satu perusahaan di Jakarta.

Kisahku ini terjadi pada 2018, ketika harus menimba ilmu di salah satu universitas di Yogyakarta.

Aku yang berasal dari Jakarta harus tinggal sementara di kota yang belum pernah dikunjungi sebelumnya. Tentu hal itu membuatku harus beradaptasi.

BACA JUGA:  Dikhianati Cinta, Ternyata Kekasihku Punya Simpanan

Saat akhir semester menjelang kelulusan, aku harus mengerjakan skripsi yang begitu rumit.

Aku yang tak mengerti betul dengan isu yang diangkat, kemudian mencoba bertanya kepada teman-teman di Yogyakarta.

BACA JUGA:  Kekasihku Mengakhiri Hubungan Dengan Memperkenalkan Tunangannya

Akan tetapi, mereka juga tak terlalu banyak membantu.

Pada akhirnya, aku memutuskan untuk mencari referensi di perpustakaan.

BACA JUGA:  Kekasihku Melakukan Hal Tak Terduga, Sungguh Tak Kusangka!

Saat itu, ada seorang perempuan menghampiriku. Dia bernama Rahma yang juga sedang mengerjakan skripsi.

"Mas, mencari buku teori komunikasi juga?" tanya dia.

"Iya, tetapi sulit menemukan karangan Hoetasoehoet," ungkapku dengan kebingungan.

"Oh, buku itu baru kemarin aku pakai, tempatnya di rak paling ujung lorong ini," jawabnya.

Setelah berbicara dengaku, Rahma langsung kembali ke tempat duduknya.

Aku yang telah mendapatkan buku tersebut langsung mencoba menghampirinya dan mengucapkan terima kasih.

Tiba-tiba saja Rahma menawarkan aku untuk duduk di sebelahnya.

Aku pun memutuskan duduk di sampingnya karena saat itu tak ada siapa pun yang kukenal di perpustakaan.

Kami akhirnya berkenalan satu sama lain dan menerangkan isu yang diangkat untuk skripsi.

Aku masih ingat pada saat itu, Rahma mengajarkanku dan perlahan aku mengerti tentang teori komunikasi yang akan digunakan untuk penelitian.

Saat pulang, kami berjanji untuk bertemu lagi keesokan harinya. Akan tetapi, dia tak ingin mengerjakan skripsi di perpustakaan, tetapi di coffee shop.

Aku sontak terkejut dengan ajakan tersebut. Tanpa pikir panjang, aku langsung mengiyakan tawarannya.

Keesokan harinya, kami langsung menjadi akrab satu sama lain di coffee shop. Dia sangat baik dan selalu memperhatikanku. Rahma juga menceritakan latar belakangnya pada saat itu.

Seminggu kemudian, kami terus intens berkomunikasi via WhatsApp dan saling mendukung satu sama lain terkait pengerjaan skripsi.

Menjelang sidang, aku tak sungkan untuk menuliskan namanya di skripsiku karena dia telah memberikan kontribusi besar.

Selama 2 bulan belakangan, aku merasa begitu nyaman ketika bersamanya.

Sayangnya, ada hal yang tak aku tahu tentang dia sepenuhnya.

Saat kelulusan tiba, kami dipertemukan kembali di ruang yang sama untuk acara wisuda.

Aku saat itu datang bersama teman-temanku karena orang tuaku berhalangan hadir ke Yogyakarta.

Tiba-tiba saja aku melihat Rahma datang dengan seorang pria menggunakan mobil.

Dia juga tampak begitu dekat dengan pria tersebut seusai acara wisuda.

Aku yang saat itu penasaran langsung menghampirinya dan mencoba menyapanya di depan pria tersebut.

"Hai, Rahma. Selamat, ya, sudah lulus," ucapku.

"Eh, iya, Man. Selamat juga, ya. Oh, iya, perkenalkan Man, dia cowok aku," ungkapnya.

"Oh, halo, bro," ujarku.

Aku yang saat itu bingung dengan situasi mencoba untuk tak berpikiran secara berlebihan.

Setelah menyapa Rahma, aku kemudian berfoto bersama teman-teman.

Tak berapa lama, tiba-tiba saja Rahma menghampiriku dan kami pun berfoto bersama.

Aku pun langsung meminta Rahma untuk menjelaskan hubungannya dengan pria yang hadir bersamanya.

Sebab, selama ini yang aku tahu Rahma selalu baik, sering memperhatikan, dan kami pun sering meluangkan waktu bersama.

Aku menganggap saat itu hubungan kami lebih dari teman, meski belum ada status berpacaran.

"Rahma, kok, kamu enggak pernah cerita soal pria tersebut?" tanyaku.

"Oh, iya maaf, dia pacar aku. Kami sudah menjalin hubungan sejak di bangku SMA," ucapnya.

"Kalau kamu sudah punya pacar, kenapa selama ini begitu baik dan sangat memperhatikan aku?" tanyaku kembali.

"Lho, memangnya tidak boleh berbuat baik kepada orang lain. Aku juga enggak menganggap lebih soal hubungan pertemanan kita, kok. Aku berharap kamu tak menganggap semuanya dengan hal yang lebih, ya," tuturnya.

"Maksudnya?" ucapku.

"Iya, aku memang baik kepada semua orang. Jadi, jangan terlalu berekspektasi lebih soal hubungan kita," ungkapnya.

"Asal kamu tahu, aku selama ini menganggap kamu lebih dari apa pun. Namun, kalau kamu anggap hubungan kita sebatas teman, ya, aku memakluminya, kok," terangku.

Aku yang saat itu sedikit mengalami sakit hati langsung meninggalkan Rahma dengan senyuman.

Dia pun langsung menuju kekasihnya yang saat itu melihat kami dari jauh.

Aku berharap, suatu saat nanti dipertemukan dengan perempuan yang benar-benar menyayangiku, bukan cuma sekadar baik.

Seusai kelulusan, aku kembali ke Jakarta untuk bekerja dan setahuku, Rahma masih tinggal di Yogyakarta sampai sekarang. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co