Kisah Cintaku: Riri, Aku Masih Menunggu Janjimu

10 September 2022 22:14

GenPI.co - Kisah cintaku dengan Riri tidaklah mudah. Aku harus melewati banyak rintangan sebelum bisa menaklukkannya.

Riri adalah satu-satunya wanita yang benar-benar aku cintai. Aku mencintainya sejak lama.

Semuanya bermula saat aku dimutasi ke Jakarta. Aku lupa tepatnya. Mungkin sekitar 2010-an.

BACA JUGA:  Ramalan Zodiak Hari ini: Gemini Ketiban Cuan, Libra Hoki, Capricorn Beruntung

Kami tidak sekantor. Kami hanya bekerja di gedung yang sama. Pada awalnya, aku tidak ngeh dengan keberadaannya.

Kami sering duduk bersama karyawan lain di kantin. Semuanya berjalan biasa saja. Tidak ada yang istimewa.

BACA JUGA:  3 Zodiak Paling Pelit, Perhitungan Banget sama Duit

Sampai suatu ketika ada yang memperkenalkan aku dengan Riri. Mas Yon namanya. Dia senior di kantorku.

“Roni,” aku menyodorkan tangan.

BACA JUGA:  Ketiban Hoki Beruntun, Cek Keberuntungan Zodiak Pisces, Virgo, Aquarius

“Riri,” Riri menyambut uluran tanganku.

Biasa saja. Tidak ada getaran apa pun. Tidak ada perasaan apa pun. Semuanya mengalir dengan sangat biasa.

“Udah tukar nomor HP?” tanya Mas Yon.

Aku dan Riri saling pandang. Mas Yon langsung mengambil HP-ku, lalu menyerahkannya kepada Riri.

“Kamu tulis aja nomormu, Ri,” kata Mas Yon.

Aku mendelik. Riri kaget. Apa-apaan ini? Aku bergumam dalam hati. Toh, aku tidak punya perasaan apa pun dengan Riri.

******

“Kamu di mana?” tanyaku di ujung telepon.

“Di kafe biasa,” jawab Riri.

Aku segera meluncur ke kafe itu. Kafe itu adalah tempat favoritku dan Riri. Kami sering menghabiskan waktu di kafe itu.

Letaknya di Kuningan, Jakarta Selatan. Tempatnya tidak terlalu luas. Tidak terlalu ramai juga. Kami memang tidak terlalu suka keramaian.

“Udah lama?” aku mencopot jaket, lalu menaruhnya di kursi sebelah.

“Lumayan,” ucap Riri.

Kami diam sejenak. Riri masih asyik dengan laptopnya. Aku memesan kopi. Masih jam 16:30 WIB.

“Udah kelar?” tanyaku.

“Bentar. Dikit lagi,” jawab Riri.

Dia baru kelar 15 menit kemudian. Semuanya dimulai. Pembicaraan kami serius. Kami saling bertatap mata.

“Jadi kapan berangkat?”

“Tanggal 23 besok. Ini masih ngurus semuanya,” kata Riri.

“Berapa lama?”

“Belum tahu. Lihat situasi aja dulu kali, ya,” ucap Riri.

*****

Tanggal 23 tiba. Aku bergegas ke bandara. Masih pagi buta. Jarum jam menunjukkan pukul 03:00 WIB.

Badanku terasa remuk redam. Aku belum tidur. Namun, aku tidak mau kehilangan kesempatan ini.

Aku tiba di bandara sejam berselang. Riri belum datang. Aku gelisah bukan main. Aku lupa kapan terakhir kali merasakan kegelisahan seperti ini.

“Aku di kursi panjang,” aku mengirimkan pesan melalui WhatsApp kepada Riri.

Riri tidak menjawab. Memang seperti itu sifatnya. Dia sering slow response. Ditelepon pun sering susah.

Riri baru tiba pukul 04:15 WIB. Dia menyeret koper. Matanya sembap. Mungkin habis menangis. Mungkin juga belum tidur.

Aku berdiri, lalu memeluk Riri. Sangat erat. Aku tak ingin melepaskannya. Aku tak mau kehilangan dia.

Kami tidak memiliki banyak waktu. Kami duduk, lalu hanya berdiam diri. Aku bermain-main dengan pikiran dan perasaanku.

Riri menatap ke depan. Pengumuman berkumandang. Waktuku kian tipis. Riri menyandarkan kepalanya ke pundakku.

Aku berdiri, lalu menarik tangannya. Kamu berhadapan. Kupeluk dia sekali lagi. Kukecup lembut bibirnya.

“Ada hati yang menunggumu penuh cinta di sini,” ucapku.

Riri memelukku sangat erat. Sangat hangat. Baru kali ini aku merasakan pelukannya sangat kuat.

“Aku mencintaimu. Tunggu aku,” kata Riri. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co