GenPI.co - Perkenalkan, namaku Nisa. Aku bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan swasta ternama di Jakarta.
Aku ingin menceritakan kisah cintaku yang berakhir dengan derai air mata.
Aku pernah memiliki kekasih bernama Fariz. Hubungan kami sudah enam tahun. Fariz adalah cinta pertamaku.
Aku berharap dia bisa menjadi cinta sejatiku. Namun, takdir berkata lain. Aku dan Fariz tidak lagi bersama.
Kami terlibat cinta terlarang. Kami berbeda agama. Tembok kami begitu tinggi meskipun hampir saja bisa menggapainya.
Saat kami akan melangkah untuk melangsungkan pernikahan, aku dan Fariz sama-sama berdoa.
"Ya Allah. Aku serahkan seluruh keputusanku di tangan-Mu. Dekatkanlah kami jika berjodoh dan berikan rencana lain kalau kami tidak bisa bersama," doaku di dalam salat.
Setelah aku melakukan salat Istikharah untuk meminta petunjuk Allah, malam itu aku bermimpi.
Sebuah cahaya berbicara kepadaku. Aku tidak bisa bercerita secara spesifik. Namun, aku tahu itu adalah petunjuk agar aku tidak bersama Fariz.
Hari itu juga aku minta bertemu Fariz. Aku memutuskan hubungan yang sudah berlangsung selama enam tahun dan segala pengorbanan kami.
"Fariz, aku minta maaf. Aku sudah mendapatkan petunjuk dari Tuhan. Aku yakin kamu bisa bahagia dengan wanita yang tulus kepadamu," kataku.
Fariz pun tidak bisa menolak. Dia menghormati keputusanku meskipun dengan hati yang sangat berat.
"Aku belum mendapatkan jawaban apa-apa dari Tuhan. Aku yakin petunjuk yang kamu dapatkan adalah yang terbaik," ucap Fariz.
Aku dan Fariz pun berpelukan untuk terakhir kali. Meski sakit dan pedih, kami berdua yakin ada yang sudah Tuhan sediakan.
"Selamat tinggal kenangan dan kesayangan," ucap Fariz.
"Aku merindukanmu dan akan aku kenang, Riz,".
Sejak hari itu, kami tidak lagi berkomunikasi. Aku dan Fariz sama-sama menjalankan aktivitas kami.
Saat ini aku sudah menjadi seorang istri dan memiliki tiga anak. Fariz baru saja melangsungkan pernikahan dengan wanita pilihannya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News