GenPI.co - Perkenalkan, namaku Rini Safitri. Aku tinggal di Bandung dan kini usiaku 24 tahun.
Aku merupakan anak tunggal yang tak pernah bertemu dengan ayahku sejak umur 8 tahun.
Hanya satu momen yang aku ingat sampai saat ini, yakni saat ayah mengajakku membeli mainan kesukaanku.
Ibuku menceritakan bahwa ayahku saat itu memutuskan pergi dari rumah karena ketahuan selingkuh dengan wanita lain.
Hal itu membuat ibuku memutuskan untuk membesarkanku seorang diri.
Aku yang masih kecil saat itu memang tak mengerti rasanya ditinggalkan ayah. Akan tetapi, aku makin merasakannya setelah beranjak dewasa.
Makin besar, aku merasa kami berdua dapat menjalani hidup dengan baik-baik saja.
Suatu ketika, tiba-tiba saja seorang pria tua mendatangi rumahku.
Betapa terkejutnya aku ketika tahu pria tersebut merupakan ayahku.
Ibuku berkata dia datang hanya untuk menemuiku. Aku sontak terkejut dengan pernyataan ibuku.
"Halo, Rini, apa kabar?" ujarnya sambil memelukku.
"Apa benar bapak adalah ayahku?" tanyaku.
"Iya, maaf selama ini tidak bisa berada di sampingmu, tetapi kali ini aku ingin meminta maaf atas segala perbuatanku saat masa lalu," ujar dia.
Aku yang saat itu tak mengerti sama sekali langsung bingung dan melihat ke arah ibuku.
Saat dia berada di rumah, aku sama sekali tak merasa bahwa dia pernah menjadi ayahku.
Sebab, tak terasa sama sekali kasih yang dia berikan seperti yang kurasakan terakhir kali.
Setelah mengunjungi rumahku beberapa menit dan berbicara dengan ibuku, dia langsung pergi begitu saja.
Aku lantas menanyakan kepada ibuku apa maksud kedatangannya ke rumah kami.
Ibuku mengatakan bahwa ayahku meminta maaf agar tak merasa bersalah dalam menjalani sisa hidupnya.
Meski masih terasa seperti orang asing, aku hanya bisa berdoa agar dia bisa menjalani hidup sesuai dengan keinginannya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News