Terjebak dalam Kesulitan Ekonomi, Nasibku Berubah Setelah Bertemu Dia

24 Oktober 2022 14:20

GenPI.co - Dear diary, perkenalkan namaku Andini. Saat ini, aku duduk di bangku kelas 11 SMA.

Keadaanku sangat sulit, ayah baru saja meninggal dunia dan ibuku tidak bekerja.

Sementara itu, aku adalah anak sulung dan memiliki tiga orang adik yang masih kecil.

BACA JUGA:  Merajut Impian Bersama, Kekasihku Tiba-tiba Pergi

Kami membutuhkan biaya untuk makan dan sekolah. Aku sangat bingung karena tidak ada biaya untuk bayar ujian.

Aku pun memutuskan untuk mencari pekerjaan. Aku pergi ke sana-sini, tetapi tidak kunjung mendapatkan pekerjaan.

BACA JUGA:  Teman Indekos Lebih Menarik Daripada Kekasihku

Di tengah keputusasaan ini, ada seorang teman bernama Rizka yang menawarkanku sebuah pekerjaan. 

"Andini, kamu butuh pekerjaan, ya? Aku mau nawarin kerja di tempatku. Kamu bisa dapat uang banyak," ujar Rizka.

BACA JUGA:  Tak Kusangka, Kekasihku Selingkuh Dengan Model Majalah Dewasa

"Aku mau banget Riz untuk menghidupi dan mencukupi keluargaku," ucapku.

Rizka memang tidak pernah memberi tahu jenis pekerjaan itu. Aku hanya mengikutinya dan disuruh mengenakan seragam serba mini.

"Ini seragamnya nggak kekecilan? Aku nggak PD," tanyaku.

"Memang begini seragamnya, sabar, ya, tetapi kamu bakal dapat uang banyak," sahut Rizka.

Aku pun berhenti di sebuah hotel dan berjalan ke arah bar. Di balik bar, ternyata ada beberapa ruang untuk karaoke.

Aku lantas diminta berjalan ke ruangan nomor 8 bersama Rizka.

Di sana, sudah ada banyak sekali tamu, rata-rata lelaki. Aku tidak bisa melihat dengan jelas wajah mereka karena gelap.

Tanganku tiba-tiba dipegang oleh seorang pria dan dia menyuruhku untuk duduk di sebelahnya.

"Kamu namanya siapa?" kata pria itu.

Aku ingat sekali Rizka mengatakan untuk tidak menyebutkan nama asli.

"Aku Anis, mas," jawabku.

Pria itu sepertinya tertarik denganku. Dia membelai halus rambutku sampai bulu kudukku berdiri.

"Mas, aku merinding," kataku sambil membisikkannya.

Aku pun sedikit ketakutan hingga meneteskan air mata. Pria itu kemudian mengajakku keluar bersamanya dan duduk di cafe hotel itu.

Aku menceritakan semua kesulitanku dan pekerjaanku yang tidak aku ketahui ini.

Pria itu tampak iba dan memintaku menjalankan pekerjaanku yang sudah terlanjur ini selama semalam.

Dia memintaku untuk berhenti dari pekerjaan tersebut dan aku pun langsung menurutinya.

Setelah kejadian itu, aku terus berkomunikasi dengan pria tersebut. Kami akhirnya berpacaran dan aku pun membuka identitasku yang sebenarnya.

Usianya 35 tahun, memang sedikit jauh denganku. Namun, aku merasa sangat nyaman bersamanya.

Pria itu ternyata juga merupakan pemilik sebuah perusahaan besar dan masih single.

Dia membelikanku rumah serta uang untuk menghidupi keluargaku. Segala kebutuhanku kini dipenuhi olehnya.

Aku tidak tahu apakah nasibku ini bisa disebut sebagai keberuntungan atau tidak. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co