Kisah Cintaku, Aku Memintanya Langsung kepada Mamanya

06 November 2022 21:00

GenPI.co - Namaku Danang. Kuceritakan perjalananku melalui berbagai kisah cintaku untuk menaklukkan istriku, Tata.

Kami adalah pengantin baru. Kami menikah pada 2020. Tuhan belum memberikan karunia berupa momongan kepada kami.

Tidak apa-apa. Tuhan pasti memiliki rencana terbaik untuk hidup kami. Perjuanganku mendapatkan Tata tidak mudah.

BACA JUGA:  Si Paling Sibuk, 3 Zodiak Selalu Merasa Tidak Punya Waktu

Dari semua wanita yang pernah kukejar, Tata adalah satu-satunya yang paling sulit kudapatkan.

Dia keras kepala? Iya. Dia tertutup? Mungkin. Tata tidak bisa membuka hati untuk orang lain? Bisa jadi.

BACA JUGA:  3 Zodiak Punya Masa Depan Cerah, Keberuntungannya Gila-gilaan

Aku sudah menaruh hati kepada Tata sejak lama. Cintaku muncul setelah kami beberapa kali bertemu dan bercengkerama.

Pada awalnya, aku tidak memiliki perasaan apa pun terhadap Tata. Biasa saja. Hanya teman biasa.

BACA JUGA:  Aku Tak Bisa Melukis Wajah Cinta Pertamaku

Namun, cinta memang bisa menemukan jalannya sendiri. Entah kenapa aku bisa tertarik dengan Tata.

Kian lama, akum akin gelisah. Perasaan di dadaku berkecamuk. Cintaku sudah tidak terbendung lagi.

“Aku cinta kamu,” kataku kepada Tata.

Aku tidak ingat tanggalnya. Yang kuingat hanya tahunnya, 2017. Tata terlihat datar saja. Dia tidak merespons.

Sialan. Batinku dalam hati. Aku sudah mempertaruhkan keberanian untuk mengungkapkan perasaanku.

Balasan yang kuterima ternyata biasa saja. Namun, sikap Tata justru membuatku makin tergila-gila.

Kukejar dia mati-matian. Dia masih mengelak. Kupepet dia sepenuh hati. Tata terus menghindar.

“Kamu belum bisa menerima aku?” tanyaku.

Aku sudah dua kali menyodorkan perasaanku. Tata bergeming. Hatinya masih tertutup rapat.

Oke. Aku pakai cara lama. Kudekati mamanya. Dia anak tunggal. Ayahnya sudah meninggal sejak Tata masih kecil.

Aku justru lebih sering mengobrol dengan mamanya ketika main ke rumah Tata. Mamanya jauh lebih terbuka.

Kami bisa mengobrol apa saja. Menyengkan juga mamanya. Batinku. Apakah Tata terbuka? Tidak juga.

Dia belum menerimaku. Aku hampir putus asa. Sampai suatu ketika keajaiban datang kepadaku.

Eko, temanku, menyarankanku meminta langsung Tata kepada mamanya.

“Kamu gila,” ujarku.

“Itu laki-laki,” ujar Eko.

Aku berpikir sangat lama. Bagaimana kalau ditolak mentah-mentah? Pikiranku berkecamuk. Aku malah menjadi canggung ketika bertandang ke rumah Tata.

Namun, aku terus terbayang saran dari Eko. Suatu ketika kumantapkan hatiku. Ini sudah jalan terakhir.

“Mama terserah Tata saja,” kata mamanya. Saat itu, aku memberanikan diri meminta Tata kepada mamanya.

Aku ingat momennya. Malam hari. Gerimis. Tata pakai kaus hitam. Mamanya mengenakan baju pink.

Tata tertunduk. Semesta mendukungku. Ada senyuman di ujung bibirnya. Mamanya tersenyum, lalu meninggalkan kami. Empat bulan kemudian kami menikah. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co