GenPI.co - Liburanku ke pantai di ujung Jawa Barat beberapa tahun lalu berakhir dengan kisah horor.
Aku tidak akan pernah melupakannya. Saat itu, aku berlibur bersama dua temanku, Aria dan Romy.
Kami sebenarnya tidak memiliki niat berlibur. Ide untuk liburan muncul ketika kami mengetahui ada tanggal merah di tengah pekan.
Romy yang kali pertama mengusulkan liburan. Aku sebenarnya ogah-ogahan. Namun, Aria ternyata tertarik.
Gas. Kami akhirnya sepakat. Kami memilih pantai. Aria-lah yang mengusulkan berlibur ke pantai.
“Nanti kita bisa lihat cewek-cewek seksi,” kata Aria.
Aku menampol kepala Aria. Anak satu itu memang agak melenceng otaknya. Hari H tiba. Kami berangkat dari Jakarta.
Perjalanan sekitar lima jam. Tidak terlalu terasa. Kami bergantian menyetir mobil.
“Sepi banget,” ujarku ketika kami sudah tiba di penginapan.
Kami sengaja menginap di hotel yang cukup murah. Maklum saja. Kami hanya pejuang rupiah yang gajinya pas-pasan.
“Malah enak. Jadi tenang,” timpal Romy.
Aku sebenarnya sudah merasakan hawa tidak enak saat masuk kamar. Entah kenapa aku merasa ada sesuatu yang aneh. Hotel yang kami tempati sudah cukup tua.
Bangunanya sudah terlihat kuno. Tamu yang menginap juga sepertinya tidak terlalu banyak. Aku melongok dari jendela. Tidak banyak orang di kolam renang.
Aku mencoba menghilangkan pikiran negatif. Namun, pikiran itu muncul lagi ketika aku melihat wanita berjalan sangat cepat di tepi kolam renang.
Saat itu memang sudah petang. Aku memicingkan mata. Sepertinya ada yang aneh. Aku melihat wanita itu leluasa melewati kerumunan, bahkan jalannya pun sangat cepat.
Tidak ada seorang pun yang melihat wanita itu. Sudahlah. Mungkin aku hanya berhalusinasi.
Aku dan Aria tidak bisa tidur pada hari kedua. Romy sudah terlelap. Kami sangat capek setelah seharian bermain di pantai.
Kami baru kembali ke hotel menjelang pukul 21:00 WIB. Aria terlihat menatap langit-langit dengan pandangan kosong.
Aneh. Aku merasa ada yang tidak beres dengannya. Aku menepuk pundak Aria. Dia langsung terperanjat.
“Kenapa?” tanyaku.
“Nggak ada apa-apa,” jawab Aria.
“Yakin?”
Aria tidak menjawab. Aku makin yakin ada sesuatu yang tidak beres. Aku mengajaknya merokok. Aria berjalan dengan lunglai.
“Kamu lihat sesuatu di pantai nggak tadi?” Aria membuka obrolan.
“Apaan?”
“Aku nggak ngerti. Mungkin setan. Mungkin cuma halusinasiku,” kata Aria. Aku mengernyitkan dahi. Makin aneh.
“Bentuknya?”
“Cewek,”
Deg. Jantungku mau copot. Aku melihat cewek aneh di dekat kolam renang pada hari pertama. Sekarang Aria melihat cewek saat kami pulang dari pantai.
“Pakai baju putih?” tanyaku. Aria mengangguk.
“Nggak ada kepalanya,” Aria terlihat ketakutan ketika menceritakannya. Aku merinding.
Malam itu kami tidak bisa tidur. Kami hanya terus menghabiskan rokok dan kopi. Ketika matahari mulai terbit, aku dan Aria langsung mengajak Romy kembali ke Jakarta. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News