Kisah Horor di Indekos: Wajah Penuh Darah di Balik Jendela

15 Januari 2023 23:00

GenPI.co - Jika harus menyebut kisah horor paling menakutkan sepanjang hidup, aku akan menunjuk kejadian di indekosku di Yogyakarta. 

Kejadiannya sekitar tujuh tahun lalu. Saat itu, aku sudah menempuh semeter akhir. Aku tinggal menyelesaikan skripsi. 

Aku bukan orang penakut. Beberapa kejadian yang membuat bulu kuduk berdiri pernah kualami. Misalnya, ketika aku naik gunung. 

BACA JUGA:  Kisah Horor saat Liburan: Tiba-Tiba Badan Tanpa Kepala Muncul

Namun, kejadian di indekos sangat menghantuiku. Sampai sekarang aku tidak akan pernah melupakannya. 

Saat itu, aku sedang fokus mengerjakan skripsi. Hanya tersisa tiga orang yang masih melek. Aku, Robi, dan Andra. 

BACA JUGA:  Kisah Horor Malam Jumat: Makhluk Tinggi Besar di Bawah Pohon

"Ndri, Andri," Robi memanggilku dari kamarnya. 

"Berisik," ujarku. 

BACA JUGA:  Kisah Horor: Sosok Besar Menindih Tubuhku

Aku sudah hafal kebiasaan Robi. Dia sering menggodaku. Dia sering berpura-pura memanggil, lalu memintaku mengambilkan apa pun. Kali ini aku tidak tertipu. 

Aku tiba-tiba mencium bau wangi. Deg. Aku kaget. Namun, aku bersikap santai. Ini bukan kejadian pertama. 

Aku cuma agak heran karena bau wanginya berbeda. Ada aroma anyir. Aku tidak mau membohongi diri sendiri. Aku merinding. Namun, aku berusaha tenang. 

"Setan," aku berteriak kencang. 

Andra tiba-tiba nongol dengan topeng joker. Dia tertawa ngakak. Jantungku seolah mau copot. Sialan. Aku melemparkan sepatu ke arah Andra. 

"Robi tidur?" tanya Andra. 

"Tadi belum. Udah kelar skripsimu?"

"Capek,"

Andra mengambil rokokku, lalu keluar. Aku melanjutkan tugasku. Tiba-tiba aku merasa ada yang meniup tengkukku. Tiupan yang pelan. 

Aku meremang. Sial. Aku menoleh. Sudah pasti tidak ada siapa pun. Bau wangi kembali menusuk hidungku. 

Aku melangkah keluar. Aku segera ke kamar Robi. Dia menutup badannya menggunakan selimut. Tidak ada satu pun bagian tubuhnya yang terlihat. 

"Bi. Robi," aku membuka selimut. 

Wajahnya keringatan. Mukanya merah. Dia seperti sedang menahan sesuatu. 

"Kebelet?"

Robi menggeleng, lalu bangkit. Sama sepertiku, Robi juga bukan orang penakut. Dia malah lebih berani dibandingkan aku. 

Robi bangkit, lalu berjalan ke kamarku. Aneh, pikirku. Hari makin larut. Jam sudah menunjukkan pukul 02:15.

Mataku sudah lelah. Tinggal aku yang masih melek. Robi dan Andra sudah tidur di kamarku. Aku ke kamar mandi hendak sikat gigi. 

Langkahku terhenti. Aku mendengar suara cekikikan. Seperti ada tangan yang memegang kepalaku, lalu mengarahkannya ke jendela. 

Deg. Aku melihat wanita di balik jendela. Wajahnya menyeramkan. Ada banyak darah di wajahnya. Wanita itu hanya diam. Matanya terus menatapku. 

Aku seperti terbius. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku tidak ingat berapa lama berdiri. Namun, aku akhirnya bisa mengembalikan kesadaranku. 

Aku segera kembali ke kamar. Ku urungkan niatku sikat gigi. Aku sudah sangat ketakutan. Malam itu aku tidak bisa tidur. Aku terus terbanyang, bahkan sampai sekarang. 

"Di jendela, ya?" tanya Robi saat kami ngopi pada pagi hari. Wajahku kuyu. 

"Semalam aku juga lihat," kata Robi. (*) 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co