GenPI.co - Dear, Ella. Apa kabarmu? Bagaimana dengan hari-harimu? Kamu masih ingat semua tentang kita?
Aku yakin kamu pasti lupa. Aku juga yakin kamu pasti tidak peduli dengan berbagai kenangan manis yang kita lalui.
Nggak apa-apa, sih. Aku tahu kamu sedang sangat sibuk dengan hidupmu. Aku tahu kamu juga punya prioritas lain dalam hidupmu.
Kamu juga harus mengejar semua impianmu. Aku bisa apa? Aku hanya bisa memupuk rindu.
Aku hanya bisa menjaga cinta untukmu, wanita cantik yang selalu ada di dalam hatiku.
Aku mungkin terlalu naif karena menulis surat cinta untukmu. Cuma cara ini yang bisa kulakukan.
Aku ingin memilikimu, tetapi kamu terlalu jauh dari jangkauanku. Aku memang harus sadar diri.
Namun, aku juga punya rasa percaya diri. Aku yakin bisa mencintaimu dengan sebaik-baiknya dan sehormat-hormatnya.
Itu juga kalau kamu percaya. Jika kamu tidak percaya, aku bisa apa? Aku juga tidak bisa memaksamu.
Perasaan memang tidak sebaiknya dipaksakan. Cinta memang sebaiknya tumbuh begitu saja.
Aku jago, sih, soal teori. Faktanya bertolak belakang. Aku ingin memaksakan perasaanku.
Aku ingin kamu juga mencintaiku. By the way, aku merasa kamu memang menginginkanku. Kamu saja yang keras kepala.
Kamu yang terlalu besar egonya. Kamu tidak pernah mau terbuka dengan perasaanmu. Menurutku, sih, begitu.
Aku ingin mengirimkan surat cinta ini kepadamu, tetapi keberanianku terbelenggu.
Aku tidak peduli kamu akan menganggapku seperti anak SMP atau SMA yang sedang cinta monyet.
Cinta, kan, memang bisa membuat orang menjadi lupa dirinya sendiri. Cinta, kan, bisa membuat orang kehilangan kewarasannya.
Aku merasakannya. Aku mengalaminya saat ini. Sudah, ya. Cukup sampai di sini aku meluapkan rinduku.
Besok-besok aku tuangkan lagi perasaanku. Kamu tidak perlu tahu. Cukup aku yang merasakan rindu, tetapi kamu harus membalasnya. Ha ha ha.
With love
Viki (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News