Kisah Horor: Makhluk Berwajah Rata Mendatangiku

13 Februari 2023 21:00

GenPI.co - Pengalamanku menginap di rumah Didi membuahkan kisah horor. Aku sangat ingat setiap detailnya.

Saat itu, aku dan dua temanku hendak mengisi akhir pekan dengan suasana berbeda.

Kami memutuskan menginap di rumah Didi yang tidak jauh dari Jakarta. Didi sempat menolak, tetapi akhirnya luluh melihat kengototan kami.

BACA JUGA:  Kisah Horor: Sosok Besar Menindih Tubuhku

Aku, Reza, dan Hamid tiba di rumah Didi menjelang petang. Matahari masih cukup terang.

Kakak dan ayah Didi menyambut kami dengan sangat baik. Tidak ada yang aneh pada hari pertama.

BACA JUGA:  Kisah Horor di Indekos: Wajah Penuh Darah di Balik Jendela

Semuanya berubah pada hari kedua. Reza tiba-tiba merasa badannya kepanasan. Padahal malam itu cukup dingin.

Setidaknya buat aku dan Hamid yang memang sejak kecil di Jakarta. Ayah Didi memberikan air putih hangat kepada Reza.

BACA JUGA:  Kisah Horor: Wajah Wanita Itu Sangat Mengerikan

Namun, Reza tidak kunjung turun panasnya. Kakak Didi lantas memanggil sesepuh di desanya.

Namanya Pak Joko. Belum terlalu tua. Namun, dia sudah dituakan. Pak Joko hanya tersenyum melihat Reza. Dia lantas membaca doa, lalu mengusapkan tangannya ke wajah Reza.

Ajaib. Reza langsung pulih tidak berselang lama. Pak Joko juga memberikan nasihat kepada kami.

“Jangan becandaan di tempat baru,”

Aku dan Hamid saling bertatapan. Situasi tiba-tiba menjadi aneh. Ayah Didi masih di kamar bersama kami.

“Tadi siang ke mana saja?”

“Cuma ke kebun sebelah, kok,” kata Didi.

Ayahnya mengangguk. Dia lantas memanggil Didi. Aku, Reza, dan Hamid tetap di kamar.

“Udah nggak apa-apa. Nggak ada apa-apa, kok,” kata Didi.

Aku dan tiga temanku tidak memahami maksud ucapannya. Esok harinya ke sungai di ujung desa.

Kami bermain air sepuasnya. Sepertinya sangat susah menemukan tempat seperti itu di Jakarta.

Kejadian aneh kembali terjadi pada malam hari. Aku merasa malam itu sangat janggal. Hawanya sangat dingin.

Aku beberapa kali harus ke kamar mandi. Tiba-tiba aku mendengar suara orang tertawa. Aku kaget.

Malam begini siapa yang masih di luar? Kulihat jam di tangan. Sudah ganti hari. Tidak ada yang di luar. Aku terburu-buru ke kamar.

Aku hendak menutup jendela. Namun, tiba-tiba seperti ada yang mengarahkan pandanganku agar menatap pohon di depan rumah Didi.

Pohon yang besar. Aku melihat ada orang duduk di pohon. Siapa dia? Aku tidak bisa berkata-kata.

Orang itu tiba-tiba turun. Dia berjalan mendekatiku. Aku tidak bisa mengeluarkan kata apa pun. Mahkluk itu tiba-tiba sudah berada di depanku. Jarak kami sangat dekat.

Dia tidak memiliki wajah. Aku terpaku. Tubuhku mematung. Semuanya tiba-tiba berubah menjadi gelap.

“Untung kamu bangun,” Reza menepuk pipiku.

Aku membuka mata dengan berat. Di sekelilingku sudah ada Pak Joko. Dia masih merapal doa. Mulutnya berkomat-kamit. Dia lantas menginterogasi kami.

“Iya, saat itu saya pipis di bawah pohon di dekat kebun itu,” kataku.

Pak Joko tersenyum tipis. Dia lantas memintaku minum air putih. Ayah Didi memijat kakiku.

“Mereka tidak terima rumahnya dijadikan becandaan,” kata Pak Joko. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co