Pergi Mancing Ikan, Pulang Bawa Janda

18 Februari 2021 20:45

GenPI.co - Pandemi covid-19 yang melanda Indonesia tak menghalangiku untuk memancing bersama teman-teman. 

Toh, hanya itu yang bisa aku lakukan untuk menjaga pikiran agar tidak stres selama pandemi. 

BACA JUGA: Si Gadun Tajir Buatku Gelap Mata, Oh.. Nikmatnya Duniawi

Meski berada di luar rumah, aku tetap menerapkan protokol kesehatan, seperti menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker. 

Selain penting untuk menjaga kita dari virus, hal itu penting agar kita tidak terjaring razia protokol kesehatan. 

Istriku Kiki juga tak masalah dengan hobiku yang satu ini.

Bahkan, dia senang karena aku selalu pulang membawa ikan. 

"Kalau mancing, pulang bawa ikan sekolam," kata istriku. 

"Mau dimakan apa dibuat mandi itu ikan sekolam," jawabku sembari tertawa. 

Kali ini, ada undangan lomba mancing di pemancingan desa sebelah. 

Lumayan, siapa tahu beruntung, ikan dan hadiah uang bisa dibawa pulang, istri pun jadi makin senang. 

Namun, setelah sampai di pemancingan tersebut, aku melihat sosok wanita yang tak asing bagiku. 

Benar saat, saat aku dekati, aku memang mengenali wanita itu. 

"Nining ya? Kok ada di sini?" tanyaku. 

"Mas Rizal? Mas kok juga ada di sini?" jawabnya. 

Setelah beberapa saat bercerita, aku baru tahu bahwa pemancingan yang aku datangi ini adalah milik suami Nining. 

Saat ini dia yang menjaga pemancing, karena sang suami baru saja meninggal beberapa hari lalu. 

Sebelumnya aku perkenalkan terlebih dahulu, Nining ini adalah mantan kekasihku saat SMA dulu. 

Bahkan, bisa dibilang Nining adalah wanita pertama yang mampu membuatku merasakan indahnya cinta. 

Namun, hubungan kami dulu kandas karena Nining lebih memilih pria yang lebih mapan yang bisa menjamin kehidupannya di masa depan. 

Fakta mengejutkan kembali terbuka, ternyata suami Nining yang baru meninggal adalah suaminya yang kedua.

Pantas saja selama ini aku tak tahu bahwa istri penjaga pemancingan ini ialah Nining. 

Pasalnya, selama ini Nining berada di kampung dan hanya menerima uang kiriman setiap bulan dari suaminya. 

Setelah pertemuan itu, pikiranku selalu dipenuhi oleh senyuman Nining yang luar biasa menawan. 

Bahkan, senyum artis Luna Maya pun kalah cantik dengan senyuman Nining. 

Mengetahui keberadaan Nining di pemancingan, membuatku makin semangat melakukan hobiku. 

"Tumben sekarang mancingnya di desa sebelah mulu?" tanya Kiki. 

"Iya, ikannya banyak, sering lomba juga di sana," jawabku. 

Maaf Ki, mungkin ini menjadi awal kebohonganku di hubungan pernikahan kami. 

Namun, aku tak bisa membohongi perasaanku, aku tak bisa menyangkal bahwa selama ini aku masih menyimpan perasaan pada Nining. 

Entahlah, biarkan semua berjalan sesuai rencana Tuhan saja. 

Singkat cerita, sore hari di pemancingan, awan terlihat sangat gelap, orang-orang mulai pergi pulang. 

Saat itu yang bertahan di kolam hanya aku sendirian. 

Tiba-tiba, hujan turun sangat deras, aku pun memutuskan untuk meneduh di warung milik Nining. 

Nining menyambutku dengan teh hangat tanpa gula. 

Kami banyak bercerita, tentang cinta, kehidupan rumah tangga, dan masih banyak lagi. 

Tiba-tiba, suara petir mengagetkan kami berdua, Nining langsung refleks memeluk tubuhku dengan erat. 

"Aku takut mas," bisik Nining. 

Entah apa yang terjadi saat itu, bibir kami tiba-tiba sudah saling berpelukan. 

Dengan mesra, Nining memainkan lidahnya sembari menatap mataku. 

Saat itu, dengan penuh kejantanan, aku menggendong Nining ke kamar tidurnya. 

Hujan sore itu menjadi saksi kehangatan yang kami buat berdua. 

Setelah kejadian itu, aku makin bersemangat lagi untuk mancing di pemancingan Nining. 

Hingga suatu hari, Nining mengaku bahwa dia hamil anakku. 

"Mas, aku hamil," katanya. 

Aku hanya bisa berdiam diri, bingung dengan apa yang sudah aku lakukan. 

Setelah berdiam diri cukup lama, aku memutuskan untuk membawa Nining ke rumah. 

Aku berniat untuk membicarakan hal ini pada Kiki, aku juga ingin meminta izin Kiki untuk menikahi Nining. 

Sesampainya di rumah, Kiki menyambutku dengan penuh kebingungan. 

"Siapa ini mas?" tanya Kiki. 

"Ini Nining, dia temanku SMA dulu," jawabku. 

Setelah beberapa saat, aku langsung mengatakan niatku sesungguhnya. 

Saat mendengar hal itu, Kiki sangat syok dan marah padaku. 

"Kamu mengizinkan aku menikah dengan Nining?" tanyaku. 

"Iya mas, asal kita cerai," jawabnya. 

Tentu saja itu bukan keputusan yang terbaik, tetapi aku tak tahu lagi apa yang harus aku lakukan. 

Akhirnya, aku memilih untuk menikahi Nining dan bercerai dengan Kiki. 

Keputusan itu aku ambil karena aku harus bertanggung jawab atas anak yang ada di kandungan Nining. 

BACA JUGA: Suamiku Terpikat Janda Kembang

Selain itu, aku mengambil keputusan ini karena selama 5 tahun menikah ini, Kiki tak bisa memberikan aku seorang anak. (*) 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Irwina Istiqomah Reporter: Andi Ristanto

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co