GenPI.co - Benar kata orang-orang, sekali tahu rasanya pacaran dengan janda, maka akan sulit lepas.
Aku merasakannya sekitar tiga tahun lalu. Kini, kisahku dengan janda muda itu masih terus berlanjut.
BACA JUGA: Kisahku dengan Janda Tak Terlupakan, Service yang Indah
Mungkin karena janda sudah pernah menikah, dia menjadi sosok yang benar-benar pengayom.
Aku yang bukan tipe pria yang dewasa, tentu sangat dimanja dengan sifat pengayom itu.
Aku merasa nyaman dan selalu ketagihan setiap kali berada di dekat dengan janda muda ini.
Setiap kali aku berkunjung ke kosannya di bilangan Jakarta Selatan, rasanya seperti serpihan surga jatuh ke bumi.
Kamarnya wangi dan bersih. Tentu, berbeda dengan kosan laki-laki seperti aku. Itu yang membuatku betah berlama-lama di kosnya.
BACA JUGA: Aku Dijebak Janda di Desa KKN, Kehormatanku Direnggut
Hampir setiap kali aku ke sana, aku dan dia menyempatkan diri untuk melakukan me time. Ya, me time yang dimaksud aku tentu bukan begituan, walaupun kadang-kadang memang suka khilaf.
Namun, ya, biarlah namanya juga laki-laki dan wanita dewasa. Kami sama-sama melakukannya dengan konsen.
Me time biasanya kami mulai dengan pergi ke pasar untuk membeli beberapa bahan makanan. Pacarku ini memang punya sedikit fantasi-fantasi liar.
“Kamu yakin mau pakai pakaian ini ke pasar?” kataku.
Pacarku ini tentu hanya mengangguk sambil senyum menggoda. Bayangkan, dia ke pasar, yang mana banyak abang-abang kuli, tetapi pakai pakaian minim sekali.
Kaki jenjangnya terlihat sempurna dan tentu saja aset terbesarnya sekaligus pegangan hidupku terlihat sangat amazing.
Aku cemburu. Dia hanya tertawa sambil mencubit perutku.
“Udah, ayo, berangkat keburu siang,” katanya.
Kami berangkat dan seperti dugaan banyak abang-abang yang menggoda pacarku. Entah itu dengan suitan atau sapaan panas yang membuatku tambah cemburu.
Aku sendiri nggak bisa ngapa-ngapain karena dipaksa berjalan berjauhan. Katanya, dia mau menikmati siulan-siulan itu. Katanya, dengan begitu dia merasa kepercayaan dirinya naik.
Pulang dari pasar, mukaku masih cemberut. Pacarku tahu itu yang selalu aku lakukan setiap kali menemaninya pergi ke pasar.
Akan tetapi, dia juga tahu bagaimana caranya membuatku kembari semringah. Pacarku memasak ayam goreng kesukaanku. Rasanya sungguh spesial, apalagi sambalnya, waduh, bikin merem melek.
Setelah selesai makan, kami biasanya mulai bersantai sambil menonton televisi. Dia memeluk erat aku sambil tidur. pelukannya luar biasa, seperti jepitan yang membuat napasku terengah-engah.
Kalau sudah begitu, dia hanya tertawa. Tanpa sadar kepalaku mulai mendekat ke wajahnya. Dan... terjadilah...
Pintar memasak dan pintar begituan bisa jadi adalah keunggulan kekasihku ini. Namun, di balik itu semua, yang membuatku puas ialah bagaimana dia memperlakukanku sebagai laki-laki.
“Terima kasih buat hari ini,” kataku sambil mencium keningnya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News