Puasa Ramadan Di Korsel, Rendang Jadi Makanan Favorit Buka Puasa

19 April 2021 14:10

GenPI.co - Jika kamu bertanya apa yang aku rindukan saat ini, jawabanku tentu ialah rumah.

Jauh dari rumah memang membuatku terus merasa rindu, terutama kepada keluarga. 

BACA JUGA: Jarang Terungkap! Putri Arie Untung, Milenial Idola Banget

Saat ini aku bekerja di salah satu kapal ikan di Korea Selatan (Korsel).

Sebenarnya, aku tak terlalu masalah dengan jarak, toh rindu berasal dari perasaan.

Namun, namanya manusia, tak bertemu sehari dengan keluarga, rasa rindu sudah memenuhi kepala.

Terlebih di bulan Ramadan saat ini, rindu akan menumpuk lebih besar.

Bekerja sambil berpuasa di Negeri orang ternyata tak semudah pikiranku.

BACA JUGA: Ada Milenial di Tengah Reshuffle, Putri Gus Dur Ikut Disebut

Pasalnya, ibadah puasa di Korsel ebih panjang dibandingkan di Indonesia.

Jika biasanya di Indonesia berpuasa 14 jam, di Korea Selatan bisa sampai 16 jam.

Tak hanya itu, cuaca panas di Korsel juga membuatku cukup kesulitan untuk menjalankan ibadah puasa.

Meskipun begitu, aku bisa melewati dan menghadapi cuaca panas tersebut dengan kuat hati.

Untungnya, aku tak terlalu bermasalah dengan makanan yang ada di Korsel.

Sebab, ada satu warung di Korsel yang menyajikan masakan khas dari Indonesia.

Rendang jadi menu favoritku untuk makan atau buka puasa di sana.

Ah, aku rasa kamu akan merasakan hal yang sama bila berada di sini.

Kalau untuk masakan Korsel, bibimbap jadi menu favoritku.

Bibimbap terdiri dari nasi dengan lauk berupa sayuran, daging sapi, telur, dan saus gochujang.

Secara harfiah, bibimbap berarti nasi campur, karena nasi dan semua bahan yang ada wajib dicampur secara merata sebelum dimakan.

Selama menjalani puasa di Korea Selatan, aku tak pernah sekali pun mendengar suara azan.

Sebab, masjid yang ada di Korsel kebanyakan tidak menggunakan speaker luar.

Jika ingin salat lima waktu atau salah tarawih di masjid Korsel, aku harus menempuh perjalanan selama 30 menit menggunakan kereta bawah tanah.

Masjid tujuanku tersebut bernama Busan Al-Fatah, lokasinya berada di Busan.

Namun, di kondisi pandemi covid-19 ini, salat Tarawih di masjid tersebut ditiadakan.

Tentu hal itu dilakukan untuk mencegah penyebaran covid-19.

Jauh dari rumah tentu membuatku rindu kepada banyak hal yang ada di kampung halaman, Cepu, Jawa Tengah.

Seperti judul novel Eka Kurniawan, "Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas", aku pun menyuarakan semua rinduku melalui video call.

Namun, aku rasa, tak ada rindu yang tuntas hanya melalui tatap dari video call.

Setidaknya, rindu sedikit terobati dan membuat senang hati.

Dari sini aku menyadari bahwa puasa yang paling nikmat, ialah puasa bersama orang-orang yang kita cintai dan sayangi.

Hingga saat ini, pengalaman paling menyenangkan selama aku berada di Korsel ialah saat berkumpul bersama di Masjid di Busan.

Di sana, semua umat Muslim yang ada di Korsel berkumpul menjadi satu.

Hal itu tentu membuatku merasa berada seperti dekat dengan Indonesia dan keluarga tercinta.

Namun, hal itu akan sulit dilakukan kali di tengah pandemi covid-19 seperti saat ini.

Kini, kontrak kerjaku di Korsel tersisa tiga bulan lagi dan September nanti sudah selesai.

Tentu, rindu yang aku kumpulkan sejak tiga tahun lalu akan menjadi harta karun yang sangat menyenangkan untuk dibuka saat aku kembali ke Indonesia nanti. (Sigit Heriyanto, WNI yang bekerja di Korsel) (*). 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Landy Primasiwi Reporter: Andi Ristanto

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co