Kisah Syafira yang Belajar Sabar dan Bersyukur dari Ramadan

19 April 2021 12:30

GenPI.co - Tak terasa bulan Ramadan sudah datang kembali. Aku pun kembali bersiap menjalani ibadah di bulan suci ini.

Namaku Syafira Devani dan aku founder dari @kulinersby. Aku membangun wadah ini pada 2014 untuk mempromosikan restoran dan UMKM kuliner di Surabaya dan sekitarnya.

BACA JUGA: Kisah Mualaf: Aku Bingung saat Pertama Kali Salat, Ternyata…

Sebenarnya, aku tak punya tradisi khusus selama Ramadan. Saat lebaran pun aku dan keluarga tetap di Surabaya, karena kami nggak punya kampung halaman.

Keluarga kami juga sibuk, jadi jarang sekali untuk kumpul di hari pertama puasa atau bahkan di malam takbiran.

Namun, biasanya kami baru bisa berkumpul saat makan sahur di awal-awal bulan Ramadhan. Ramai sekali di saat-saat itu.

Perbedaan Ramadhan yang aku rasakan tahun ini adalah kali ini aku menjalaninya bersama suamiku. Tak jauh berbeda denganku, dia juga sama sekali tak punya tradisi khusus selama Ramadhan.

Paling sesekali kami akan buka puasa di luar rumah.

Menjalani puasa berdua saja dengan suamiku juga tak membuatku merasa sepi. Sebab, kami sudah sering bersama-sama sejak bulan Ramadhan tahun lalu.

Bekerja bersama tim @kulinersby membuatku banyak mendapat makanan dan minuman untuk endorsement. Jadi, biasanya makanan kiriman itu aku jadikan menu sahur.

BACA JUGA: Ramadan di Jepang: Puasa Lebih Lama, Aku Harus Jaga Mata

Tak jarang juga aku suka membeli makanan dari teman-temanku yang jualan.

Menjalani ibadah di bulan Ramadan memberikan banyak makna bagiku. Aku jadi belajar untuk lebih sabar dan bersyukur dalam menjalani kehidupan.

Selain itu, aku dan tim @kulinersby juga selalu mengadakan donasi tiap bulan Ramadan. Kami biasa memberikan uang, makanan, dan sembako ke mereka yang membutuhkan.

Kadang kami memberikan donasi ke panti asuhan atau panti jompo, terkadang kami memberikannya langsung ke orang yang membutuhkan di sepanjang jalan.

Saat melakukan donasi tahun ini di daerah Ngagel, Surabaya, aku juga sempat bertemu dengan seseorang yang hidup dalam kondisi tak layak. Dia tak punya rumah dan tinggal di dalam sebuah boks.

Menurutku, berbagi kepada sesama sebenarnya tak perlu menunggu untuk kaya. Asal niat kalian tulus, apa pun bentuknya, itu sudah cukup.

Apalagi, sekarang ini kita juga sudah bisa berbagi kepada sesama dengan sistem open donasi.

Selain itu, kita juga bisa berdonasi bersama teman-teman, agar semakin banyak bibir dan hati yang tersenyum.(*)

BACA JUGA: Kisah Mualaf: Masuk Islam Bukan Hal yang Sulit

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co