GenPI.co - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memaparkan strategi Indonesia dalam menghadapi tantangan gejolak perekonomian global pascapandemi covid-19.
Menurut Perry, Indonesia akan berfokus pada tiga instrumen moneter, yaitu exit rate, likuiditas, dan suku bunga.
Perry pun meminta komunitas global untuk tak hanya berfokus pada level kebijakan yang dikeluarkan oleh negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
“Ada hal lain yang juga penting, yaitu exit rate, likuiditas, dan suku bunga,” ujarnya dalam Diskusi Tingkat Tinggi “Recover Together: Synergy on Safeguarding the Momentum”, Sabtu (19/2).
Perry mengatakan bahwa menstabilkan exit rate sangat bergantung pada mekanisme pasar global.
Hal tersebut berisiko tinggi, mengingat akan terjadi gejolak perekonomian global pascapandemi akibat normalisasi kebijakan moneter yang dilakukan oleh negara-negara maju.
“Turbulensi itu membutuhkan kebijakan exit rate, tak hanya untuk intervensi, tetapi juga untuk memuluskan pemulihan ekonomi,” katanya.
Lebih lanjut, langkah yang diambil Indonesia tak hanya untuk melakukan pemulihan ekonomi nasional, tetapi juga menjaga hubungan politik dan ekonomi dengan negara lain, salah satunya Amerika Serikat.
Pasalnya, Amerika Serikat saat ini tengah merencanakan implementasi kebijakan normalisasi perekonomian nasional.
Hal itu berdampak pada pasar global yang mulai menaikan tarif, sehingga menimbulkan gejolak.
“Fleksibilitas kebijakan yang kami lakukan juga bertujuan agar kerja sama Indonesia dengan Amerika Serikat tetap terjalin,” ungkapnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News