Harga Kedelai Melesat, Penjual Gorengan Menangis Tak Dapat Untung

22 Februari 2022 10:55

GenPI.co - Harga yang kedelai melonjak membuat  penjual gorengan tahu dan tempe di kawasan Pasar Palmerah, Jakarta Barat mengurangi produksinya hingga 50 persen.

Salah satu penjual bernama Joko Aryo mengaku, semenjak harga kedelai mahal, pembeli gorengan tahu dan tempe juga ikut menurun.

"Biasanya sehari bisa produksi empat sampai lima kuali besar gorengan, masing-masing untuk tahu dan tempe," jelas Joko kepada GenPI.co, Senin (21/2).

BACA JUGA:  Harga Kedelai Naik, Tempe Langka, Pemilik Warteg Pasrah

Namun, sejak bahan bakunya justru sulit di dapatkan, pria 52 tahun itu terpaksa menaikan harga dua kali lipat dan juga memutuskan untuk mengurangi jumlah produksinya.

Dia mengaku, memutuskan untuk mengurangi produksi gorengan terjadi sejak kedelai tembus angka Rp11.300 per kilogram, 

BACA JUGA:  Tahu Tempe Langka, Pemilik Warteg Ubah Ukuran, Diprotes Pembeli

Padahal sebelum harga kedelai masih Rp 8 ribu per kilogram.

Dia menduga pandemi Covid-19 yang tak berkesudahan membuat harga-harga barang dasar jualannya menjadi tidak stabil.

BACA JUGA:  Perajin Tahu dan Tempe Mogok, Pelaku UMKM Lebak Jadi Korban

"Sejak ada Covid-19 harga minyak nggak jelas, sekarang diikuti oleh tahu dan tempe, jadi sulit untuk jualan, nangis aja udah," katanya.

Selain itu, aksi mogok para pembuat tahu tempe juga membuat barang-barang tersebut menjadi langka di pasaran.

Oleh karena itu, Joko berusaha untuk mengurangi ukuran tahu dan tempe agar stok yang dia miliki setidaknya ada sampai mendekati aksi mogok berakhir.

"Bahan baku nggak ada, imbasnya ke kita juga, minyak mahal, bahan baku nggak ada, ini jualan mau dapat untung malah merugi, capek tenaga," tuturnya.

Dia berharap, bahwa pemerintah segera menormalkan kembali harga kedelai yang saat ini terus melesat. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co