Soroti Pidato Jokowi, INDEF Sebut Sektor Manufaktur Sangat Bagus

17 Agustus 2022 18:40

GenPI.co - Presiden Joko Wiodo (Jokowi) dalam sidang tahunan MPR RI 2022 dan sidang bersama DPR RI dan DPD RI Tahun 2022, Selasa (16/8/2022), memastikan kekuatan ekonomi Indonesia dipastikan masih kuat.

Menurut Presiden, kekuatan ekonomi Indonesia pun diakui oleh dunia sebagai salah satu negara yang berhasil mengatasi pandemi dan memulihkan ekonominya dengan cepat.

Pemulihan ekonomi Indonesia dalam tren terus menguat, tumbuh 5,01 persen di Triwulan I dan menguat signifikan menjadi 5,44 persen di Triwulan II 2022.

BACA JUGA:  Pengamat Puji Pidato Puan Maharani di Sidang Tahunan, Ini Buktinya

Menanggapi pidato Presiden, Wakil Direktur INDEF Eko Listiyanto mengatakan, sektor manufaktur pergerakannya sejauh ini sangat bagus, meski trennya bisa berubah ke depan namun beberapa bulan terakhir ini permintaannya terus naik karena konsumsi masyarakat masih cukup tinggi.

“Manufaktur PMI itu memang pergerakannya sudah 51 persen, artinya ini ekspansif secara umum itu bagus, walaupun kalau kita lihat tren ini bisa berubah ke depan karena sebetulnya dari sisi produk PMI,” kata Eko Listiyanto saat dihubungi, Rabu (17/8).

BACA JUGA:  Pidato Jokowi di Rapat Tahunan MPR Dipuji Pengamat: Dia adalah Negarawan

Meski mengalami tren cukup baik di bulan Juni, Eko Listiyanto mengingatkan Pemerintah karena di bulan Juli itu masuk triwulan 2 berpotensi akan bisa turun jika tidak berhati-hati, karena jika dilihat dari keyakinan indeks konsumen pembelinya masih optimis di atas 100 persen, tetapi 3 bulan terakhir sebetulnya mengalami penurunan.

“Jadi kayak ada tanda-tanda penurunan permintaan ke depan, cuma ini karena datanya baru sekarang, baru Juli makanya kelihatannya masih lebih bagus padahal keyakinan konsumen 3 bulan terakhir ini terus turun gitu,” ujarnya.

BACA JUGA:  Puan Maharani Ambil Momen Pidato Untuk Kenalkan Diri Jadi Capres

Untuk perdagangan internasional Indonesia masih surplus jika merujuk pada neraca, namun harga-harga produksi mulai menurun dan ini membuat Indonesia tergerus.

Meski ada ancaman harga komoditas menurun, namun Pemerintah mampu mengendalikannya lewat subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang membuat daya beli masyarakat masih bagus.

“Perdagangan internasional kalau terkait dengan neracanya kita harus bersiap surplus, tapi kita mulai tergerus karena harga yang relatif agak sedikit menurun sih sebetulnya setelah puncak, jadi harga komoditas sekarang itu tidak di puncak lagi, jadi udah pelan-pelan turun,” paparnya.

Eko Listiyanto juga mengingatkan Pemerintah soal resesi yang sudah dialami oleh beberapa negara besar, salah satunya Amerika Serikat.

Meski Indonesia masih berada di posisi aman atau terselamatkan dari resesi, namun Pemerintah harus menyiapkan kebijakan strategis mengantisipasi terjadinya resesi di negara tetangga, yang akan berpengaruh pada ekonomi Indonesia.

“Yang kedua ketika global itu terancam resesi walaupun kita nggak terancam, tetapi kalau tetangga kita terancam mereka juga akan minta dari kita lebih sedikit,” jelasnya.

Eko Listiyanto juga menyinggung soal target pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2023 dari 5,2 persen naik menjadi 2,3 persen.

Buat Eko, Pemerintah kurang begitu berani untuk mematok target karena tahun depan hanya naik 0,1 persen, artinya naik sedikit tinggi dari tahun ini hingga terlihat kenaikannya sangat kecil.

Meski begitu, Eko Listiyanto sadari betul ada pertimbangan lain dari pemerintah seperti tekanan global.

“Tumbuh 5,3 persen itu pemerintah mengandalkan konsumsi dalam negeri dengan mencoba untuk menahan kenaikan inflasi global, ini kan inflasinya lagi tinggi nah dia menahan kenaikan inflasi dengan subsidi yang gede-gedean,” pungkasnya.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co