GenPI.co - Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) merupakan bentuk kekerasan yang umum terjadi di dalam rumah.
Namun, pernahkah kamu membayangkan, apa dampak dari kekerasan tersebut?
Tidak hanya pasangan suami istri yang terlibat, KDRT juga mampu melibatkan emosi anak dan di bawa hingga dewasa.
Saat si kecil melihat sendiri kekerasa yang terjadi dalam keluarga, dia akan mudah mengenal berbagai bentuk kekerasa secara verbal hingga fisik, yang berpengaruh pada kesehatan mentalnya.
Berikut adalah 4 dampak si kecil sudah menjadi korban KDRT, sebagaimana dilansir dari berbagai sumber.
Menutup diri
Hal pertama yang perling terasa si kecil menjadi korban KDRT adalah cenderung diam dan menutup diri.
Pasalnya, orang tua harus peka dengan hal yang dilakukan anak seperti ini.
Anak dan selalu melihat KDRT di rumah berusaha menyembunyikan apa yang dia rasakan dan memutuskan untuk tidak berbicara.
Mudah berbohong
Terbiasa menjadi korban KDRT menjadi hukuman tersendiri untuk mental si kecil.
Agar ia tidak mengalami kekerasan, anak cenderung mudah berbohong dalam berbagai situasi untuk menutup kekerasan berlebih yang bisa ia dapatkan dari orang tuanya.
Kebiasaan berbohong ini dapat dia lakukan pada lingkungan sekitar dan menjadi dampak buruk untuk masa depan.
Dilanda kecemasan
KDRT dapat terjadi kapan saja. Maka jangan heran anak menjadi saksi bisu KDRT di rumah dan sering dilanda kecemasan.
Rasa cemas berlebih nantinya dapat memicu ketakutan, depresi hingga tidak bisa menahan emosi dirinya sendiri.
Haus perhatian
Terakhir, anak yang menjadi korban kekerasan rumah tangga akan cenderung haus perhatian.
Karena tidak menapatkan perhatian dari kedua orang tuanya, dia mampu mencari perhatian di luar rumah.
Mulai dari saudara, tegangga hingga guru di sekolah. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News