GenPI.co - Bertengkar dengan pasangan memang wajar tetapi jangan sampai melakukannya di depan anak.
Pasalnya, hal ini dapat membawa pengaruh negatif bagi kesehatan mental, bahkan menimbulkan trauma pada buah hati.
Terlebih di masa perkembangan anak 6-9 tahun ia dapat dengan mudah belajar dan merekam semua hal yang ia lihat, termasuk karena melihat pertengkaran orang tua.
Atas dasar itulah, sebisa mungkin bertengkar di depan anak harus dihindari.
Berbagai tanda anak trauma setelah melihat pertengkaran orang tua yaitu:
1. Bersikap seolah ia takut pada orang tuanya
2. Sering murung, banyak menyendiri, atau suka menangis.
3. Muncul gejala depresi, kecemasan, masalah perilaku, maupun stres pada anak.
Faktanya, ternyata bukan jumlah pertengkaran orang tua yang paling berdampak bagi diri anak.
Faktor yang paling berpengaruh pada anak yakni apakah pertengkaran kedua orang tua bertambah parah atau justru makin baik dengan saling berdamai.
Pertengkaran orang tua bukanlah masalah bila kamu dan pasangan berusaha menyelesaikan masalah.
Sayangnya, tidak semua orang tua menyadari bahwa anak-anak sangat sensitif terhadap konflik atau pertengkaran ayah dan ibunya.
Padahal, usia anak-anak merupakan masa di mana tumbuh kembangnya sedang berjalan dengan pesat.
Orang tua perlu menumbuhkan rasa empati, menerapkan cara mendisiplinkan anak, hingga membiasakan anak jujur. (hellosehat)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News