Terbelenggu dalam Cinta dan Amarah Kakak Kelasku

23 Januari 2020 07:46

GenPI.co - Dalam suatu hubungan percintaan, pasti pria  punya sifat lebih mendominasi. Wajar, memang ssecara alami sudah begitu.  Namun kasus yang kualami ini, jelas-jelas posisiku lebih rendah dari pacarku, dalam hal apa pun.

Aku adalah siswa kelas X. Aku baru saja dua bulan masuk SMA, dan sudah ada kakak senior yang “nembak” aku. Kakak senior yang menjadi pacarku adalah anak kelas XII. Namanya Rocky.

Punya pacar senior di sekolah memang ada positif dan negatifnya. Positifnya, aku tiba-tiba menjadi terkenal satu sekolah dan akrab dengan senior. Negatifnya, aku harus selalu nurut sama pacarku. Selain itu, dia selalu bisa mengotrolku selama di sekolah.

BACA JUGA: Cinta Mereka Kandas di Terminal Bandara

Dua minggu pertama, aku masih merasakan manisnya punya pacar kakak kelas. Dia selalu membantu membuatkan PR, antar jemput sekolah dan me-lobby teman-temannya supaya aku bisa masuk ekskul favorit tanpa harus pengukuhan.

Semua keuntungan memiliki pacar kakak kelas pastinya membuat teman-temanku iri. Setiap Rocky mampir ke kelasku, teman-teman yang lain pasti bisik-bisik di belakang.

Ya, Rocky memang rajin sekali menghampiriku di kelas. Kadang dia datang untuk mengajakku pergi ke kantin, atau sekedar ngobrol di depan pintu.

Lama-kelamaan, sikap Rocky yang selalu menyatroni ke kelas membuatku risih. Aku jadi tidak bisa makan bareng dengan teman-teman satu gengku. Selain itu, dia juga sering membuatku telat masuk kelas setelah jam istirahat.

Tapi apa daya, aku tidak berani melarangnya untuk datang ke kelasku. Apalagi, akhir-akhir ini dia sering marah hanya gara-gara hal sepele.

Salah satunya saat aku tidak pulang bareng dengannya. Itu terjadi dua hari yang lalu, kala  Rocky sibuk mengurus acara seni. Maklum, dia termasuk anggota OSIS yang aktif di sekolah.

Karena kupikir Rocky sedang sibuk, aku tidak menunggunya dan pergi bersama teman-teman sekelasku ke mall yang ada di depan sekolah.

Alhasil, aku habis kena semprot oleh Rocky. Dia marah besar hanya gara-gara aku pulang sekolah tanpa izinnya dan justru malah pergi dengan teman-temanku.

Sejak saat itu, Rocky semakin sering marah-marah denganku. Setiap perintahnya yang tidak aku turuti, pasti membuatnya naik pitam. Kata-kata kasar pun seringkali terlontar dari mulutnya.

BACA JUGA: Menyelingkuhi Suami atau Main Gila dengan Istri Orang?

Sosok Rocky yang seram dan selalu marah-marah memang sudah diketahui oleh teman-teman sekelasku. Sejak awal masuk sekolah, Rocky sudah terkenal sebagai senior yang super galak.

Mungkin itu salah satu alasanku untuk tidak menolaknya saat dia bilang ingin menjadi pacarku. Bukannya karena aku suka, tapi karena aku terlalu takut untuk menolak Rocky dan membuatnya marah.

Lama-kelamaan, Rocky semakin sering marah-marah denganku. Bahkan, dia pernah marah ketika aku keluar dari gerbang sekolah tanpa menunggu dia terlebih dahulu. Aku pun habis dimaki-maki olehnya di depan gerbang sekolah, di depan teman-temanku dan di depan teman-temannya.

Dua bulan sudah aku berpacaran dengan Rocky. Namun, rasanya seperti sudah bertahun-tahun. Lama-kelamaan, aku hanya seperti budaknya yang selalu dimarah-marahi. Aku tidak boleh pergi dengan teman-temanku, sementara dia bebas pergi dengan teman-temannya.

Sikap Rocky semakin membuatku muak. Hingga akhirnya, aku memberanikan diri untuk meminta putus dengannya.

Reaksinya saat aku meminta putus sangar tidak terduga. Awalnya, kupikir dia akan marah-marah kepadaku.

Aku mengatakan untuk putus dengannya, saat dia mengantarku pulang ke rumah. Sebelum turun dari mobilnya, aku mengatakan bahwa aku sudah tidak tahan pacaran dengannya.

BACA JUGA: Terjebak Cinta Gadis Belia Bertubuh Molek di Kantorku

Namun, Rocky justru menangis tersedu-sedu dan meminta maaf. Sungguh berbeda dari Rocky yang biasanya.

Walaupun hatiku sempat luluh saat melihatnya menangis, tetapi aku tetap mengatakan bahwa aku sudah tidak bisa menjalin hubungan dengannya lagi.

Mendengar penolakan dariku, Rocky pun tiba-tiba kembali ke sifat tempramennya, dan siap untuk memaki-makiku.

Dia pun melontarkan berbagai kata-kata kasar kepadaku. Aku hanya bisa menangis dan bersiap-siap turun dari mobilnya.

Sebelum aku turun, Rocky pun mengangkat tangan kanannya, siap untuk memukulku. Namun, gerakanku lebih cepat. Segera kubuka pintu mobilnya dan aku pun langsung berlari masuk ke dalam rumah.

Sejak saat itu aku putus kontak dengannya. Aku tidak pernah merespon pesan dan mengangkat telepon darinya. Di sekolah, aku juga tidak pernah berjalan sendirian sehingga dia tidak bisa berbicara berdua denganku.

Rasanya aku sudah kapok berpacaran dengan kakak kelas. Sejak saat itu, aku putuskan untuk mencari pacar yang setara. Tidak ada yang posisinya lebih tinggi atau lebih rendah. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co