Aku Milikmu Malam Ini, Tapi Bukan untuk Besok...

13 Februari 2020 13:41

GenPI.co - Banyak sekali cerita yang terjadi di bandara. Sebagian orang berpisah di bandara, sebagian lagi bertemu di bandara, tapi aku justru sedang mengenang sesuatu di bandara. 

Sembari menunggu jadwal penerbangan, mataku menatap nanar ke luar jendela. 

BACA JUGA: Virus Corona Makin Ganas, Ribuan Burung Gagak Serbu Kota Wuhan

Sebuah pemandangan run way pesawat terlihat jelas di depanku. 

Penerbanganku ke Yogya kali ini sengaja untuk menemui kamu, seseorang yang pernah aku sayangi. 

Aku masih ingat kami berpisah dan berjanji untuk kembali. 

BACA JUGA: Dunia Bingung Tak Ada Virus Corona di Indonesia, Ini Sebabnya...

Namun kenyataanya kami malah asik dengan kesibukan masing-masing dan memutuskan untuk memilih jalan sendiri. 

Aku dan Roy hampir 10 tahun berpisah dan tidak saling kontak. 

Bahkan aku pun sudah lupa wajah dia dulu. 

Dalam anganku, aku menerka-nerka wajah dia saat ini, apakah bertambah gemuk atau kurus. Ah sudahlah!

BACA JUGA: BKN Tolak Permintaan Honorer K2, Semua Sesuai Aturan...

Hari pun berganti senja, pesawat yang aku tumpangi mendarat sempurna di Yogya. 

Aku tak sabar bertemu dengan Roy. 

Kami memilih bertemu di Yogya karena kota ini menyimpan banyak kenagan buat kami.

Yogya selalu menyapaku dengan ramah, bahkan sunset kali ini pun sangat membuatku tenang dan bahagia. 

BACA JUGA: Jangan Mengusiknya... 4 Zodiak Ini Emosinya Bisa Meledak

Sementara itu, sosok pria bertubuh tinggi dengan gayanya yang cool sudah tersenyum menyapaku di pintu kedatangan. 

"Roy… " Sapaku sambil melemparkan senyum. 

Tanpa basa basi, Roy memelukku dan membisikkan kata rindu. 

Aku pun membalasnya dan memeluknya makin erat. 

BACA JUGA: 51 Ribu Honorer K2 Lulus PPPK, Bulan Depan Rapelan Gaji...

Dari bandara kami pun memutuskan untuk menuju hotel. 

Aku butuh berbenah, mandi dan ganti baju. 

"Kamu pengin makan apa?" tanya Roy sambil memainkan ponselnya. 

"Apa aja asal sama kamu, haha," jawabku tengil.

"Hahaha, ya udah kita ke Malioboro saja, sambil nostalgia," jawab Roy. 

Malam itu kami menyusuri Malioboro, makan di angkringan pinggir jalan. 

Kami bercerita tentang masa lalu. 

Dulu saat kami pacaran di zaman kuliah, senang sekali makan di angkringan di kawasan Malioboro. 

Bahkan pernah ada kejadian lucu, uang Roy kurang dan aku nggak bawa dompet, akhirnya Roy bantuin cuci gelas sampai warungnya tutup. 

"Kali ini uangnya nggak kurang kan? Hahaha," sindirku.

"Kalau kamu nggak lupa bawa dompet, pasti aku nggak cuci gelas," jawabnya sebal. 

"Hahahahahaha," kami pun tertawa bersama. 

Malam itu benar-benar malam bagi kami berdua, mengorek kenangan manis di Yogya. 

Tanpa kusadari, aku meraih tangannya dan menggenggamnya. 

Berkali-kali dia menatapku dan tersenyum, hingga aku tersipu malu. 

Pembahasan pada masa itu tak pernah usai, sampai kami kembali ke hotel. 

Bahkan kami juga mengenang beberapa sahabat kami. 

"Kamu ingat nggak si Johan yang playboy itu, katanya dia jadi pengusaha lho, istrinya dua, haha,: kataku sambil tertawa mengenang tingkah laku Johan. 

"Kamu gimana kabarnya? Sudah ada seseorang kah di hatimu?" tanya Roy tiba-tiba. 

Aku yang sedang bersandar di jendela sambil memegang gelas berisi kopi pun terdiam dan menjawabnya dengan menggelengkan kepala. 

Aku meletakkan gelasku dan mendekati Roy duduk di kasur sambil melepaskan jam tangannya. 

Namun, aku terkejut melihat jari manisnya. 

Ada cincin emas melingkar, tapi aku tak peduli.

Aku duduk di sebelahnya dan kuraih tangannya, "Aku menunggu kamu Roy,"

Roy membalas genggamanku dan mengatakan sesuatu yang tak ingin aku dengar malam itu. 

"Aku sudah tunangan Mel.."

"Aku ingin bertemu kamu hari ini, karena aku rindu dan sekaligus ingin menebus kesalahanku di masa lalu."

"Aku pernah meninggalkanmu tanpa kata berpisah. Aku sayang kamu tapi maaf, kamu tidak bisa memiliki aku, dua bulan lagi aku akan menikah," ucap Roy. 

Seketika air mataku berlinang, hatiku hancur dan aku tak sanggup mengatakan apa-apa. 

Aku bergeming, dan aku merasakan waktu berhenti berputar. 

Melihat air mataku, Roy pun mengusapnya dari pipiku dan memelukku erat. 

Berkali-kali dia mengatakan maaf.

"Kamu boleh memiliki aku malam ini, tapi bukan untuk besok dan selamanya, maaf Mel," bisik Roy. 

Benar, malam itu, Roy menjadi milikku, hingga aku terlelap di pelukannya. 

Namun, sebelum pagi menjelang aku sengaja meninggalkan dia sendirian di hotel. 

Aku pergi, aku tak sanggup melihatnya bahagia dengan yang lain. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan Reporter: Mia Kamila

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co