L’etranger: Sepotong Kisah Orang Asing

18 Juni 2020 11:21

GenPI.co - Apakah aku mulai mencintai kota ini? Mungkin masih jauh. Bahkan untuk  sekadar akrab pun kurasa belum. 

Aku seperti orang yang duduk di bus yang mulai  mencoba bertanya orang asing yang duduk di sampingku, “Anda mau kemana? Mmm gitu yah…” lantas terdiam dan memikirkan pertanyaan apa selanjutnya. 

Kalau tak ditemukan  juga ungkapan baru, maka lebih baik aku tidur atau mencari pemandangan yang  mampu bikin jenak menunggu.  

Perasaanku sebagai orang asing masih terus membuntutiku ke mana pun. Memang aku sudah jauh merasa aman dan tenang bepergian sendiri. Meski ku tahu lafal Perancisku masih lemah. 

Aku sudah menguasai beberapa kata, orang berceloteh  di jalan aku bisa paham. Beberapa tempat dan wilayah juga aku mengerti, karena  suka jalan kaki. 

Cukup sering aku bicara dengan orang Perancis, biar akhirnya cuma terlontar kata, “oui, non, samad’accord” doang. Lalu menggerutu sesudahnya, “ah! Mestinya kan tadi bisa disambung ini dan itu biar tampak mengesankan, uuft!”

BACA JUGA: Cinta Donny Dibawanya Hingga Mati

Seperti siang ini, kurasa. Aku kembali mencoba berjalan dan bertualang. Sesudah sekolah bahasa, aku punya waktu 40-an menit untuk menuntaskan jam tiket busku. 

Kalau lekas pulang kan sayang, 2 Euro masa cuma sejam naik bus. Terlalu boros buat kantong Asia, Monsieur!

Voila, aku berputar-putar di Commerce untuk melihat-lihat. Kawasan ini sangat luas dan besar. Ada di tengah kota Nantes.  Bangunan-bagunannya sudah berumur dan banyak toko serta galeri. 

Di jalan berbatu kuno, aku berjalan dengan riang. Seolah aku sudah biasa ada di sini, menghirupi awal musim gugur  yang terik, dan udaranya mulai tajam mendingin ini. 

Huh, kadang kepalaku jadi  pening dibuatnya.  Ah, kalau ada toko buku, pasti aku akan mampir dan mencermati apa yang ada. 

Baru aku ingat, waktu kuliah dulu aku pernah berangan ingin membaca buku-buku para pengarang terkenal Perancis dalam bahasa aslinya. 

Sekarang aku sedang  belajar bahasanya, bahkan sedang ada di tanah ini. 

Jadi, pourquoi, pas ? Ahaaa, kalau ingat frasa ini aku pengin ketawa. Itulah potongan kalimat yang kupakai untuk menskak-mat guru Perancisku.

Ia suruh aku bikin kalimat tanya, dan dengan enteng kujawab: “Pourquoi, pas?” Nah loh, jadi keki lah dia.

BACA JUGA: Para Anjing ini Menjagaku dari Apa?

Setelah berkeliling 20 menitan, toko yang kuharap menampakkan sosoknya.  Seperti kucing yang membaui sesuatu, aku mulai mengendus-endus buku yang semuanya berbahasa negeri ini. 

Ups, ternyata kok penjaga tokonya seperti pencinta buku benar! Rambut gondrong tapi keliatan low profile banget, dan mengenali isi  tokonya. 

Maka aku mulai iseng tanya sana-sini. Dan kau segera tahu kalau tak semua penjelasannya mampu kumengerti.

Alors, bukan kebetulan kurasa kalau buku pertama akhirnya kubeli di toko ini  adalah “l’étanger”. Yap, orang asing. Karya jurnalis eksentris Albert Camus. 

Camus mengenal benar kultur Perancis. Ia menjadi wartawan di jurnal di media  berbahasa Perancis, tapi sangat cinta tanah kelahirannya, Algeria (Aljazair). 

Camus menemukan dunia di sekitarnya sebagai sesuatu yang asing. Malahan, ia ingin tetap terus merasa asing dengan dunianya.  Sebab hanya si orang asing yang sungguh  berada (ber-eksistens) dan punya keberanian sebagai manusia. 

Olala, aku bahagia  sekali menemukan buku ini. Sudah lama aku gandrung dengan eksistensialisme.  

Meski tak kupahami jalan ceritanya, sudah kubaca buku ini dalam bahasa Indonesia,  kala di sekolah. Aku pun mulai  membaca pola kalimat pembukaan dari buku ini, dan jangan tanya apakah aku mengerti.

Attention, s’il vous plait!  Lonceng dan penanda bis yang ingin  memulangkan mendentang-dentang di kejauhan. Aku perlu berlari untuk segera mendapatkannya. 

Menghentakkan kaki dengan cepat seperti itu bikin aku lebih bersemangat. Ah, di sini pun aku ingin tetap menjadi orang asing, l’étanger, gitan,  atau bohemian sekalipun sudahlah… Bukan mustahil bila dunia ini lebih bisa dimengerti tetap merasa asing dan tidak peduli.

C’est vrai on dit, monsieur Camus?

BACA JUGA: Rani, Sosok yang Hidup dalam Benakku

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co