Pos Indonesia, Tertatih Ditempa Gempuran Zaman

25 Februari 2019 08:42

‘Pooooss!!’ Suara teriakan khas itu selalu bikin hati berdebar. Ada surat datang dari orang terkasih. Momen itu yang membuat rasa rindu kian membuncah dan sedikit terobati saat selembar surat dalam genggaman. Seiring laju perkembangan zaman, keadaaan menjadi berbalik berubah 180 derajat. Teknologi digital seolah merenggut   semuanya. Proses bertukar pesan menjadi lebih cepat dan praktis, Pak Pos pun tak lagi dibutuhkan.

Masa keemasan Pak Pos yang bekerja dibawah payung PT POS Indonesia terus memudar. Suara khas Pak Pos tak lagi terdengar, digantikan dengan denting dan getar dari gawai masing-masing.

Perkembangan teknologi memang menggerus sebagian besar mata pencaharian PT. POS. Perusahaan negara itu putar otak agar tetap bertahan dengan lahan yang terus menyempit. Masih untung,  PT POS masih hidup walau sudah megap-megap. Perusahaan pos dari negara adidaya Amerika Serikat (AS), United States Postal Service (USPS) bahkan hampir menutup bisnisnya. Pada 2014, mereka merugi hingga 5,5 miliar dolar.

Dilansir dari laman resmi BUMN, berdiri pada tahun 26 Agustus 1746 di Batavia (Jakarta) Pos Indonesia merupakan salah satu BUMN tertua di Indonesia. Kiprahnya dimulai saat Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) mendirikan Kantor Pos dengan maksud untuk memudahkan pengiriman surat, terutama dalam kegiatan perdagangan.

Hidup selama lebih dari dua setengah abad, PT POS Indonesia masuk masa keemasan pad aera  1970 hingga 1980-an. Namun pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, perubahan gaya hidup, serta trend liberalisasi bisnis jasa pos membuat Pos Indonesia mengalami pergeseran bisnis yang sangat signifikan.

Titik Suram

Kantor berita Antara mencatat selama periode 2000-2008 merupakan masa paling suram dari bisnis PT Pos Indonesia. Gelombang keterpurukan PT Pos sudah terjadi sejak awal 2000. Marketeers.com menulis kerugian PT Pos pada periode 2004-2008 mencapai Rp 606,5 miliar.

Bisnis surat pos pada periode itu menurun drastis. Maraknya pesan singkat melalui telepon selular dan internet menggantikan peran surat pos individu. Demikian juga persaingan kiriman barang dengan para perusahaan kurir swasta membuat pangsa pasar Pos Indonesia tergerus.

Kondisi PT Pos yang gagap dengan perubahan zaman, diperparah dengan budaya perusahaan yang memungkinkan terjadinya penyimpangan. Kasus korupsi sempat mendera BUMN ini. Pertengahan 2008, Dirut PT Pos Hana Suryana harus lengser karena kasus korupsi ini terkait penyalahgunaan dana operasional dan dana non budget PT Pos wilayah IV Jakarta.

Meski terseok, perusahaan dengan ciri khas warna orange tersebut mencoba bangkit. Pada 2009, PT Pos mulai meraup untung. Ini merupakan titik balik BUMN pos yang sedang diuji zaman. “Pak Pos” yang sempat berteduh karena “badai” pun siap melanjutkan misinya.

Perlahan bangkit

Melalui berbagai program transformasi internal dan bisnis perusahaan, pendapatan Pos Indonesia di tahun 2013 telah mencapai lebih dari 4 (empat) triliun rupiah atau meningkat hampir tiga kali lipat dari periode 2006-2007. Terdapat tiga jalan transformasi yang ditempuh Pos Indonesia, yaitu: membentuk holding company, revitalisasi bisnis inti, dan mengembangkan bisnis-bisnis baru. Kajian Management Research Center UI pun menyebutkan Pos Indonesia memiliki potensi besar di tiga bisnis intinya, yaitu bisnis surat dan paket, bisnis logistik, dan bisnis jasa keuangan.

Masih dilansir dari Antara, Dahlan Iskan yang ketika itu menjabat Menteri BUMN, secara tegas menolak mentah-mentah suntikan penyertaan modal negara (PMN) untuk PT Pos.

“Terserah saja mati ya mati, hidup ya hidup. Pemerintah tidak akan memberikan PMN kepada Pos Indonesia, meski tanpa PMN, PT Pos tetap menjalankan strategi bisnisnya,” ungkap Dahlan dikutip dari Antara.

Puncak momentum kebangkitan PT Pos terjadi saat 2016. Mereka akan merekrut 5.000 lebih karyawan baru. Rekrutmen PT Pos ini juga merupakan yang terbanyak sepanjang sejarah BUMN ini, di tengah kondisi ekonomi nasional sedang tidak menggembirakan. Mereka ingin memperkuat kompetensi bisnis di bidang kurir, logistik, ritel, dan jasa keuangan.

"Jumlah karyawan yang direkrut direncanakan lebih dari 5.000 orang, tergantung hasil tes akhir. Jumlah itu adalah rekrutan terbesar yang dilakukan PT Pos Indonesia selama ini," kata Direktur SDM dan Umum PT Pos Indonesia Febriyanto.

Inovasi besar-besaran

PT Pos juga mencoba bermain di pasar ekspedisi. Belum lama ini, PT Pos mengambil langkah strategis dengan menggandeng salah satu pemain e-commerce terbesar di Indonesia, Lazada. Dalam kerja sama ini, PT Pos Indonesia mempermudah proses pengembalian barang bagi konsumen Lazada Indonesia. Konsumen cukup mengisi form retur online yang tersedia di situs Lazada, datang ke kantor pos dengan membawa barang yang akan diretur.

Upaya berbenah PT POS, mendapat sokongan dari para saudaranya di BUMN lintas bidang usaha. PT Pos menggandeng beberapa BUMN untuk memperkuat struktur bisnisnya. Belum lama ini, manajemen puncak PT Pos Indonesia menandatangani perjanjian kerja sama sinergitas dengan lima BUMN untuk meningkatkan kinerja dan pengembangan bisnisnya. Penandatanganan kerja sama PT Pos Indonesia itu dengan lima kolega BUMN-nya, yaitu Bank Mandiri, PT Bio Farma, PT Kimia Farma, PT Telkom dan PT Pertamina.

"Kerja sama sinergitas ini akan memperkuat sektor usaha masing-masing, dan merupakan bagian dari transformasi yang dilakukan di semua lini," kata Direktur PT Pos Indonesia, Gilarsi W Setijono dikutip dari Antara.

Gilarsi menambahkan Pos Indonesia mempunyai jaringan yang sangat luas yaitu lebih dari 4.800 Kantor Pos di Indonesia, dan lebih dari 4.300 diantaranya telah online.

Adapun titik layanannya (point of sales) mencapai 24.410 titik dalam bentuk Kantor Pos sendiri dan lebih dari 49 ribu berbentuk Agen Pos. Kondisi tersebut menjadi modal berharga untuk mencegah atau setidaknya menunda senja kala PT Pos Indonesia.

Drama Baru

Kabar baik bangkitnya PT POS ini belum lama ini diterpa dengan isu tak sedap. Sejumlah pegawai PT Pos Indonesia yang tergabung dalam Serikat Pekerja Pos Indonesia Kuat Bermartabat (SPPIKB) menggelar aksi demo di depan kantor Pos Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (6/2/2019).

Dilansir dari Kompas, dalam orasinya, SPPIKB menuntut penggantian direksi pada badan PT Pos Indonesia. Para direksi dianggap tidak bisa mengelola PT Pos Indonesia. Salah satu dampaknya adalah terlambatnya gaji karyawan pada Februari ini.

"Harusnya kami dibayar tanggal 1, tapi ada surat dari perusahaan yang menyatakan bahwa gaji ditunda dalam batas waktu yang tidak ditentukan. Akhirnya baru turun tanggal 4 Februari ini," cerita Hendri Joni, penanggung jawab aksi.

Menurut Hendri, keterlambatan gaji akan meresahkan pekerja jika terus dibiarkan. Selain itu, mereka menduga ada indikasi kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme ( KKN) pada jajaran direksi PT Pos Indonesia sehingga menyebabkan masalah finansial.

Ia menuturkan, sepanjang sejarah baru kali ini gaji karyawan terlambat dibayarkan. Maka, sekitar 1.200 karyawan yang mengikuti aksi menuntut penggantian direksi dan pertemuan dengan Menteri BUMN Rini Soemarno.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

POS Indonesia   Pos   indepth   BUMN  

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co