GenPI.co - Lebanon pada Senin (32/5) dikabarkan menerima laporan awal dari Prancis mengenai ledakan besar tahun lalu yang menghancurkan pelabuhan di Beirut
Para pejabat setempat mengatakan laporan Prancis berguna untuk penyelidikan yang sedang berlangsung di Beirut atas ledakan pada Agustus 2021.
Ledakan tersebut menghancurkan pelabuhan utama negara itu dan menyebabkan kerusakan parah di daerah sekitarnya.
Pejabat yang berbicara tanpa menyebut nama sesuai dengan peraturan, menolak memberikan rincian tentang laporan tersebut.
Hampir 3.000 ton amonium nitrat - bahan yang sangat mudah meledak yang digunakan dalam pupuk - telah disimpan secara tidak benar di pelabuhan selama bertahun-tahun.
Ledakan dahsyat pada 4 Agustus itu menewaskan 211 orang dan melukai lebih dari 6.000 orang.
Beberapa hari setelah ledakan, ahli polisi forensik Prancis mengambil bagian dalam penyelidikan dan pergi beberapa minggu kemudian.
Hampir 10 bulan setelah ledakan, masih belum diketahui apa yang memicu kebakaran awal di gudang yang kemudian menyebabkan ledakan,
Juga tidak diketahui siapa yang bertanggung jawab dalam penyimpanan pupuk di gudang itu pelabuhan selama bertahun-tahun.
Perdana Menteri Hassan Diab mengundurkan diri di tengah kemarahan atas ledakan tersebut, dan perdana menteri yang ditunjuk Saad Hariri belum dapat membentuk Kabinet baru sejak itu.
Hal itu memperburuk krisis ekonomi dan keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang telah menyebabkan mata uang lokal Lebanon dan membuat hampir separuh penduduk negara itu jatuh miskin.
Awal bulan ini, Tarek Bitar, hakim yang menyelidiki ledakan itu, meminta bantuan kepada negara-negara dengan satelit yang ditempatkan di Lebanon.
Negara-negara tersrbut memberikan gambar yang diambil sebelum dan sesudah ledakan kepada pihak berwenang yang dapat membantu penyelidikan mereka.(AP)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News