GenPI.co - Yusuf Hussein adalah warga negara Australia dari Muslim Uighur yang tinggal di kota kecil Adelaide.
Dia dan kelima anaknya biasa berbicara dengan orang tuanya yang sudah lanjut usia setiap pekan, tetapi sejak 2017 dia tidak dapat menghubungi mereka.
“Tiba-tiba, mereka menghilang dan tidak satupun dari mereka menjawab telepon saya,” kata Hussein, seperti dilansir dari Aljazeera, Jumat (4/6/2021).
Sebuah laporan baru-baru ini dari Human Rights Watch menuduh pemerintah China melakukan 'kejahatan terhadap kemanusiaan' terhadap sebagian besar Muslim Uighur di wilayah barat Xinjiang.
Kejahatan termasuk pemenjaraan, kerja paksa, kekerasan seksual, penyiksaan, pembunuhan dan penghilangan paksa.
Hussein percaya ayahnya, yang berusia 85 tahun, ibu dan saudara kandungnya telah dipindahkan ke apa yang dia gambarkan sebagai 'kamp konsentrasi'.
Pemerintah China menyebut pusat-pusat tersebut sebagai kamp pendidikan yang menawarkan pelatihan keterampilan kejuruan.
Presiden Asosiasi Uighur Victoria, Alim Osman, menyatakan pada penyelidikan parlemen baru-baru ini ada sekitar 5.000 orang Uighur yang tinggal di Australia, dengan sekitar 1.500 di antaranya diperkirakan berada di Adelaide, sebuah kota berpenduduk 1,3 juta orang di pantai selatan.
Banyak orang Uighur yang tinggal di Australia memiliki kisah serupa tentang orang-orang terkasih yang ditahan atau hilang sama sekali.
China sendiri merupakan mitra dagang terbesar Australia, menyumbang 168 miliar dolar Australia (US$128,6 miliar) dalam ekspor pada 2019-20, setara dengan sepertiga dari semua perdagangan global Australia.
Baru-baru ini, hubungan perdagangan ini semakin diperburuk oleh seruan Australia untuk menyelidiki asal-usul virus corona di China dan tuduhan kerja paksa di antara perusahaan-perusahaan China di Xinjiang telah membawa perjanjian perdagangan Australia di bawah pengawasan lebih lanjut.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News