Bahaya! Pemimpin Tertinggi Iran Ngamuk, AS disebut Pengecut

30 Juli 2021 06:45

GenPI.co - Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada kamis (29/7) blak-blakan menyebut Amerika Serikat sebagai pengecut.

Pernyataan tersebut  terkait jeda dalam dalam pembicaraan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 yang disebabkan oleh “kekeraskepalaan” Washington.

AS juga dikatakan telah gagal untuk menjamin bahwa mereka tidak akan pernah meninggalkan pakta itu lagi.

BACA JUGA:  Langgar HAM, 8 Lapas di Suriah plus Pejabatnya Disanksi AS

"Amerika bertindak benar-benar pengecut dan jahat," kata TV pemerintah mengutip Ayatollah Ali Khamenei.

Dia lantas menyebut mengenai janji AS untuk menghapus sanksi yang sedang diberlakukan terhadap  Iran

BACA JUGA:  AS akan Stop Operasi di Irak Milisi Pro Iran Jingkrak-jingkrak

“Tetapi dalam praktiknya tidak akan hapus sanksi," kata Khamenei.

Khamenei mengatakan Washington "keras kepala" dan bersikeras menambahkan hukuman pada kesepakatan nuklir yang ada.

BACA JUGA:  Eks Intelijen Top Jerman Cemas, Jika Iran Punya Nuklir Maka...

"Dengan menambahkan kalimat ini, mereka ingin memberikan alasan untuk intervensi lebih lanjut mereka pada kesepakatan nuklir dan pekerjaan rudal (Iran) serta masalah regional," kata Khamenei.

"Kemudian jika kita menolak untuk membahas masalah itu, Amerika akan menuduh Iran melanggar kesepakatan nuklir dan mereka akan mengatakan kesepakatan itu berakhir."

Sementara itu, seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri AS menegaskan sikap pemerintahan Presiden Joe Biden terkait kesepakatan itu.

“Presiden Joe Biden telah tulus dan teguh dalam menempuh jalur diplomasi yang berarti untuk mencapai pengembalian timbal balik untuk mematuhi perjanjian tersebut," katanya.

Sejak 9 April, Teheran dan enam kekuatan dunia telah melakukan pembicaraan untuk menghidupkan kembali pakta nuklir yang dibatalkan tiga tahun lalu oleh Presiden AS Donald Trump.

Putaran keenam pembicaraan tidak langsung antara Teheran dan Washington ditunda pada 20 Juni, dua hari setelah ulama garis keras Ebrahim Raisi terpilih sebagai presiden Republik Islam.

Pihak-pihak yang terlibat dalam negosiasi belum mengumumkan kapan putaran negosiasi berikutnya akan dilanjutkan.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri mengatakan Amerika Serikat telah menjelaskan bahwa pihaknya siap untuk kembali ke Wina untuk melanjutkan negosiasi.

"Kami mendesak Iran untuk segera kembali ke negosiasi sehingga kami dapat berusaha untuk menyelesaikan kesepakatan ini," kata juru bicara itu.

Seperti Khamenei, Raisi telah mendukung kebangkitan pakta nuklir tetapi para pejabat mengatakan bahwa pemerintahnya mungkin mengadopsi pendekatan "garis keras".

Sementara Khamenei  memiliki keputusan terakhir tentang masalah negara Iran, termasuk kebijakan nuklir.

Para pejabat Iran dan Barat mengatakan masih ada celah yang signifikan untuk mengembalikan kesepakatan, di mana Iran setuju untuk mengekang program nuklirnya dengan imbalan bantuan pencabutan sanksi keras.(ANT)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co