Jeritan Suara Band Rock Asal Gaza, Lirik Lagunya Menyayat Jiwa

05 Agustus 2021 10:10

GenPI.co - Sebuah band rock pertama lahir di Jalur Gaza, kantong Palestina yang porak-poranda dan terjepit di antara wilayah Israel dan Mesir.

Musik tampaknya telah menjadi pelipur lara sekaligus menjadi corong bagi band itu untuk menyuarakan penderitaan perang dalam lirik-lirik lagu  berbahasa Inggris.

Adalah seorang akuntan, dua pengacara, seorang ahli agronomi, dan satu pekerja kemanusiaan Swiss menjadi yang anggota band cadas itu. 

BACA JUGA:  2 Menteri Israel Bongkar Dalang Penyerangan Kapal, Iran Diancam!

Keberadaan mereka menjadi sensasi setelah mengunggah klip video online dan memproyeksikan aura misteri dengan menyembunyikan wajah.

Kini, band yang dinamakan Osprey V itu siap menjadi pusat perhatian, dengan lagu-lagu yang sarat dengan emosi konflik Israel-Palestina.

BACA JUGA:  3 Roket Meluncur dari Lebanon, Balasan Israel Tak Kalah Gencar

Pada bulan April silam, sebulan sebelum perang 11 hari antara militan Gaza dan Israel, mereka tampil di sebuah konser online bertajuk "Live for Gaza".

Pertunjukkan itu bertujua untuk mengumpulkan dana bagi para musisi di Wilayah Palestina.

BACA JUGA:  Taliban Makin Beringas, Hujan Peluru Semalaman di Lashkar Gah

Aktivis pro-Palestina Roger Waters yang merupakan anggota band legendaris Pink Floyd juga ambil bagian dalam konser online tersebetu .

Penulis lagu Osprey, Moamin El-Jaru, mengatakan band-nya ingin menyampaikan pesan universal dan unik ke Gaza, yang dijalankan oleh kelompok militan Islam Hamas sejak 2007.

"Saya mencoba untuk mengatasi situasi atau masalah yang dihadapi semua orang di dunia, tetapi karena saya berasal dari tempat yang telah dikutuk dengan begitu banyak perang dan konflik, saya mencoba mengatakan itu dari sudut pandang saya, dari tempat saya dari Gaza," kata El-Jaru, anggota band yang berprofesi sebagai 

Vokalis Raji El-Jaru, seorang akuntan dan sepupu Moamin El-Jaru, adalah kekuatan pendorong di balik pembentukan band, menyebutnya realisasi mimpi masa kecil.

Dalam salah satu sesi latihan, dia mengatakan kepada Reuters bahwa Osprey bernyanyi dalam bahasa Inggris.

Dengan begitu,  semua orang akan mengerti dan semua orang akan tersentuh oleh pesan itu, yang dia gambarkan sebagai jeritan kemarahan terhadap ketidakadilan.

Moamin El-Jaru lantas menyebut salah satu judul lagu mereka yang berjudul Home. Menurutnya, lagu itu memiliki makna yang pedih bagi warga Palestina yang terlantar akibat perang dengan Israel.

"Ketika saya bernyanyi tentang rumah, saya menyanyikan (tentang) rumah untuk orang Palestina dan semua orang dalam situasi sulit yang tidak bisa merasa (di) rumah," katanya.

Berbicara dari Swiss, drummer Thomas Kocherhans mengatakan dia bergabung dengan band tiga tahun lalu saat melakukan pekerjaan kemanusiaan di Gaza.

"Ketika saya mendengar mereka untuk pertama kalinya, saya benar-benar terkejut, tetapi dalam arti yang sangat baik. Saya tidak pernah berpikir musik berkualitas seperti itu akan ada di Gaza," kata Kocherhans, yang harus meninggalkan Gaza awal tahun ini setelah misinya berakhir. 

Meskipun kurangnya minat pada musik Barat di Gaza yang konservatif, Osprey V  memiliki harapan besar untuk sukses.

"Saya ingin sekali menjadi Metallica Palestina atau Pink Floyd, Roger Waters," tandas Raji El-Jaru.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co