GenPI.co - Kim Yo Jong, seorang pejabat kuat Korea Utara dan juga saudara perempuan pemimpin Kim Jong Un mengeluarkan peringatan keras kepada Amerika Serikat dan Korea Selatan, Selasa (10/8).
Dia mengatakan bahwa dua negara itu akan menghadapi ancaman keamanan yang lebih besar untuk melanjutkan latihan militer bersama yang dijadwalkan yang akan dimulai minggu ini.
Kantor berita Yonhap melaporkan pada hari Senin (9/8), Korea Selatan dan Amerika Serikat akan memulai latihan militer awal pada hari Selasa
Padahal sebelumnya Korea Utara memperingatkan bahwa latihan itu akan menghambat kemajuan dalam meningkatkan hubungan antar-Korea.
Kim Yo Jong, sebagaimana disiarkan oleh kantor berita negara KCNA mengatakan, latihan itu adalah tindakan yang tidak diinginkan, merusak diri sendiri yang mengancam rakyat Korea Utara dan meningkatkan ketegangan di semenanjung Korea.
"Amerika Serikat dan Korea Selatan akan menghadapi ancaman keamanan yang lebih serius dengan mengabaikan peringatan berulang kami untuk melanjutkan latihan perang yang berbahaya," katanya.
Melanjutkan ancaman mautnya, dia menuduh Korea Selatan melakukan "perlakuan berbahaya" karena melanjutkan latihan militer.
Padahal tak lama sebelumnya hotline antara Pyongyang dan Seoul dihubungkan kembali dalam upaya untuk meredakan ketegangan.
Korea Utara lantas mengatakan bahwa pihaknya menggagalkan upaya Presiden Korea Selatan Moon Jae-in untuk membuka kembali kantor penghubung bersama yang diledakkan Pyongyang tahun lalu.
Negara terisolasi itu juga akan membatalkan pertemuan puncak sebagai bagian dari upaya untuk memulihkan hubungan.
Amerika Serikat menempatkan sekitar 28.500 tentara di Korea Selatan sebagai warisan Perang Korea 1950-1953, yang berakhir dengan gencatan senjata daripada kesepakatan damai, meninggalkan semenanjung dalam keadaan perang teknis.
Latihan telah diperkecil dalam beberapa tahun terakhir untuk memfasilitasi pembicaraan yang bertujuan untuk membongkar program nuklir dan rudal Pyongyang dengan imbalan keringanan sanksi AS.
Tetapi negosiasi gagal pada 2019, dan sementara Korea Utara dan Amerika Serikat mengatakan mereka terbuka untuk diplomasi, keduanya juga mengatakan terserah pada pihak lain untuk mengambil tindakan.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News