GenPI.co - Presiden Afghanistan Ashraf Ghani telah meninggalkan ibu kota Kabul menuju Tajikistan. Hal itu dikatakan kata seorang pejabat senior Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, Minggu (15/8).
Ketika dimintai komentar, kantor presiden mengatakan bahwa pihaknya tidak dapat mengatakan apa pun tentang gerakan Presiden Ashraf Ghani karena alasan keamanan.
Seorang perwakilan Taliban, yang memasuki ibu kota Kabul pada Minggu pagi, mengatakan kelompok itu sedang memeriksa keberadaan Ghani.
Al Arabiya melaporkan, Ghani akan melepaskan kekuasaan dalam beberapa jam mendatang ketika Taliban menyerbu Kabul pada hari Minggu, dan pemerintahan baru yang dipimpin kelompok itu akan dibentuk dalam beberapa jam mendatang.
Mullah Abdul Ghani Baradar dari Taliban sedang bersiap untuk tiba di Afghanistan, menurut seorang pejabat di Doha.
Sebelumnya, penjabat Menteri Dalam Negeri Abdul Sattar Mirzakwal mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi bahwa transisi damai akan terjadi tetapi belum ada rincian yang dikonfirmasi.
Sementara tiga sumber diplomatik menyebut, Ali Ahmad Jalali, seorang akademisi yang berbasis di AS dan mantan menteri dalam negeri Afghanistan, kemungkinan akan ditunjuk untuk memimpin pemerintahan sementara di Kabul.
Tidak segera jelas apakah Taliban telah memberikan persetujuan akhir mereka untuk penunjukan Jalali. Namun dia dipandang sebagai sosok kompromi yang berpotensi dapat diterima untuk mengawasi transisi kekuasaan, kata sumber-sumber itu.
Presiden Ghani, yang mengatakan pada hari Sabtu bahwa dia dalam konsultasi mendesak dengan para pemimpin lokal dan mitra internasional mengenai situasi tersebut.
Ghani mengadakan pembicaraan darurat dengan perwakilan khusus AS untuk rekonsiliasi Afghanistan Zalmay Khalilzad serta pejabat tinggi NATO.
Setelah serangan kilatnya di ibu kota, kelompok Taliban memerintahkan para pejuangnya untuk menahan diri dari kekerasan.
Seorang pejabat Taliban menyebut, pasukannya telah sepenuhnya mengepung Kabul, menurut seorang pejabat Taliban. Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, serta rumah sakit Afghanistan, akan tetap berfungsi seperti biasa.
"Kami tidak ingin seorang warga sipil Afghanistan yang tidak bersalah terluka atau terbunuh saat kami mengambil alih," kata pejabat itu kepada Reuters.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News