GenPI.co - Biksu Buddha nasionalis di Myanmar yang terkenal dengan pernyataan anti-Muslim dibebaskan dari penjara pada hari Senin (6/9) kemarin.
Biksu bernama Wirathu itu dibebaskan usai tuduhan bahwa ia mencoba untuk membangkitkan ketidakpuasan terhadap pemerintah sipil negara itu sebelumnya dibatalkan.
Biksu Wirathu menjadi terkenal pada 2012 setelah kerusuhan mematikan pecah antara umat Buddha dan etnis minoritas Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine di bagian barat.
Dia mendirikan organisasi nasionalis yang dituduh menghasut kekerasan terhadap umat Islam.
Muslim dari kelompok etnis lain dan di daerah lain juga menghadapi teror dan rasa takut setelah Wirathu dan para pendukungnya meluncurkan kampanye nasionalis mereka.
Majalah Time menyebut Wirathu sebagai “Wajah Teror Buddhis” dalam sebuah cover story pada 2013.
Wirathu dan para pendukungnya juga berhasil melobi undang-undang yang mempersulit perkawinan beda agama.
Par Mount Kha, biksu aktivis lain dan teman Wirathu, mengonfirmasi Senin malam bahwa kasus itu telah dibatalkan.
“Saya yakin 100 persen Wirathu sudah dibebaskan. Kami menyambut baik pembebasannya,” katanya.
People Media, sebuah situs berita online, mengatakan telah menerima konfirmasi pembebasan Wirathu dari Mayor Jenderal Zaw Min Tun, juru bicara militer Myanmar, yang dikenal sebagai Tatmadaw.
“Kasusnya ditutup dan dia dibebaskan malam ini. Meski U Wirathu sudah bebas, dia masih menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Tatmadaw,” kata Zaw Min Tun.
Wirathu telah menyerahkan diri pada November 2020 setelah menjadi buronan pengadilan sejak Mei 2019, ketika pengadilan mengeluarkan surat perintah penangkapannya.
Pemerintah sipil kala itu menuduhnya “membawa kebencian atau penghinaan" atau "menggairahkan". ketidakpuasan terhadap” pemerintah.
Wirathu mampu membangun prasangka luas di Myanmar yang mayoritas beragama Buddha terhadap Muslim Rohingya.
Etnis itu dianggap berimigrasi secara ilegal dari Bangladesh, meskipun banyak dari keluarga mereka telah tinggal di Myanmar selama beberapa generasi.
Pada tahun 2017, serangan oleh militan Rohingya di pos polisi memicu kampanye kontra-pemberontakan brutal oleh tentara Mnaymar.
Aksi itu menyebabkan lebih dari 700.000 penduduk desa Rohingya melarikan diri melintasi perbatasan ke Bangladesh untuk keselamatan.(AP)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News